Menurut Ketua Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) Sukmandaru Prihatmoko, hasil penelitian ilmiah yang dilakukan selama ini baik oleh perusahaan maupun akademisi independen dalam bidang geologi tidak pernah menemukan adanya kandungan Uranium yang signifikan di wilayah Papua Barat.
“Data kadar Uranium tertinggi sejauh ini yang ditemukan di salah satu daerah prospek Freeport Indonesia adalah 83 ppm. Angka ini jauh dari nilai minimum ekonomis untuk penambangan uranium yang ada di dunia saat ini yaitu 1.000 ppm,” ujar Sukmandaru dalam siaran persnya yang diterima detikFinance, Kamis (29/7/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara geologi, lanjut dia, Pulau Papua (Indonesia dan Papua New Guinea) terbentuk akibat tumbukan antara lempeng Australia dan Pasifik yang menghasilkan magma pada tepi tumbukan. Proses ini kemudian membentuk jalur mineralisasi tembaga dan emas di beberapa tempat.
Dalam istilah geologi eksplorasi, cebakan-cebakan tembaga - emas pada jalur mineralisasi ini pada umumnya diklasifikasikan sebagai tipe cebakan porphyry copper-gold dan epithermal gold.
Hasil penelitian dan eksplorasi di seluruh dunia sejauh ini menunjukkan tidak adanya kandungan uranium yang signifikan pada jalur mineralisasi dengan tipe porphyry copper-gold dan epithermal gold seperti yang ada di Papua.
"Namun, kami selaku organisasi profesi ilmiah mengharapkan agar pihak Freeport Indonesia dan Pemerintah Indonesia memberikan klarifikasi lebih rinci yang akan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan lebih memberikan penjelasan kepada masyarakat," tambahnya.
(epi/ang)