Sayangnya hingga kini produksi udang nasional masih berkisar 300.000 ton per tahun. Melihat kenyataan tersebut, para pengusaha China berminat menggarap tambak udang di Indonesia.
"Mau investasi, semua diminta kerapu. Pokoknya semua komoditas China ngangap. Dia mau minta hulu hilir totalnya, dia juga minta udang satu juta ton. Udang satu juta ton, bisa nggak Lampung sekitarnya ini (memenuhi)," kata kata Dirjen Pengolahan, Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) Martani Husaini saat membuka Indonesian Aquaculture, di Bandar Lampung, Senin (4/10/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pokoknya kalau kita siapkan lahan dia masuk. Tanggal 7 Oktober mereka datang sampai 10 hari, mau lihat lahan yang tak tergarap dia mau masuk sementara udang saja," katanya.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP Made L. Nurdjana menambahkan permintaan yang tinggi terhadap produk perikanan dari China bukan hanya didominasi udang, namun ikan seperti ikan kerapu sangat tinggi peminatnya.
Ia mencontohkan pada Olimpiade Beijing 2008 harga ikan kerapu dunia sempat melonjak tajam karena permintaan dari China. Namun hingga saat ini harga ikan kerapu tetap bertengger pada kisaran Rp 400.000 per kilo di tingkat kerambah.
"Ini artinya orang kaya di China bertambah terus," jelas Made.
Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan pada tahun 2014 Indonesia bisa memproduksi 699.000 ton atau naik dari produksi tahun 2010 ini yang diproyeksikan hanya 400.000 ton.
Indonesia menghasilkan dua jenis udang budidaya di antaranya udang windu dan udang vaname.
(hen/dnl)











































