Menurut Kepala Bulog Sutarto Alimoeso, kenaikan harga gula tersebut disebabkan harga dunia yang memang bernanjak naik. Hal ini menyebabkan importir gula enggan melakukan impor gula.
"Karena harganya belum masuk atau harganya terlalu mahal, nanti kan dijual lebih mahal lagi. Itulah yang menyebabkan semua importir tidak melakukan (impor)," ujarnya saat dihubungi detikFinance, Selasa (30/11/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gula yang diproduksi Thailand itu sudah dibeli trader-trader jadi ketika saya minta, Thailand mengatakan sudah dibeli. Itulah yang menyebabkan harga naik," jelasnya.
Keterlambatan kebijakan impor gula tersebut bukanlah tanpa sebab, Sutarto mengungkapkan tidak jarang masyarakat 'gerah' dengan kata 'impor' dan selalu mengaitkan dengan swasembada pangan Indonesia. Padahal, lanjutnya, ada sebab lain yang mengharuskan pemerintah untuk mengimpor.
"Kadang-kadang masyarakat tidak suka mendengar impor, tapi dia enggak mau tahu ada problem iklim," keluhnya.
Ke depannya, Sutarto mengharapkan kebijakan impor gula ini bisa diserahkan kepada Bulog layaknya kebijakan impor beras.
"Mestinya ke depan kita bisa prediksi gula dan beras sejak awal. Sebenarnya kita bisa jadi stabilisator. Harus diserahkan ke Bulog karena Bulog yang tahu kapan waktunya impor, melepaskan. Pada dasarnya sekarang itu belum seperti itu (diserahkan ke Bulog), tapi untuk beras sudah mengarah ke sana, yang boleh impor juga hanya Bulog," pungkasnya.
(nia/ang)











































