Dirjen Pengelolaan Utang Kemenkeu Rahmat Waluyanto menyatakan pemerintah masih mengandalkan instrumen pinjaman baik pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri, serta penjualan surat berharga negara untuk menutupi defisit anggaran.
Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, sepanjang 2006-2011 bunga dan pokok utang mengalami peningkatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk 2012, lanjut Rahmat, pemerintah rencananya akan melakukan pinjaman dari berbagai lembaga internasional baik multilateral maupun bilateral, dengan rincian Bank Dunia sebesar US$ 1,3 miliar, dari Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ADB) sebesar US $450 juta, dan Japan International Corporation Agency (JICA) sebesar US$ 150 juta.
Dalam Nota Keuangan dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2012 disebutkan, penarikan pinjaman luar negeri terdiri dari pinjaman program sebesar Rp 16,9 triliun dan pinjaman proyek sebesar Rp 39,1 triliun yang didalamnya termasuk penerusan pinjaman sebesar Rp 9 triliun.
Penarikan pinjaman untuk proyek Pemerintah Pusat sebesar Rp 30,1 triliun tersebut terdiri atas pinjaman proyek pada kementerian/lembaga sebesar Rp 28,3 triliun, dan penarikan pinjaman yang diterushibahkan ke pemerintah daerah sebesar Rp 1,8 triliun.
"Tahun 2012 kita tarik US$ 1,9 miliar," pungkasnya.
(nia/dnl)