Demikian disampaikan Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Djamal saat dihubungi detikFinance, Minggu (27/11/2011).
"Jadi dalam rekaman 4 minggu November ini tidak ada yang spektakuler, beras masih naik harganya 1-2 persen dibandingkan Oktober tapi ini sama dengan perbandingan harga Oktober terhadap September, cabai merah juga naik sedikit, yang stabil gula, minyak goreng, yang turun bawang merah, kedelai jika dibandingkan Oktober, indikasi seperti itu maka inflasi akan flat saja," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kayak emas dan lain-lain biasa saja, untuk buat deflasi kecil, kecuali emas turun lagi seperti Oktober, maka bisa (deflasi). Kalau yang bulanan tidak turun, kemungkinan sulit buat deflasi, kemungkinan inflasi tapi flat saja," pungkasnya.
Sebelumnya, BPS mencatat deflasi Oktober sebesar 0,12%. Selama bulan Oktober terjadi deflasi yang disumbang oleh penurunan sejumlah harga komoditas, terutama emas perhiasan yang tercatat turun hingga 0,11%.
Barang-barang lain yang juga turun harganya dan menjadi penyumbang deflasi adalah ikan segar deflasi 0,07%, daging ayam deflasi 0,04%, tarif angkutan udara deflasi 0,04%
"Secara nasional terjadi deflasi 0,12%," ujar Djamal dalam konferensi pers di kantornya, Jalan DR Sutomo, Jakarta, awal bulan ini.
Laju inflasi, laju inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2011 sebesar 2,85%, lebih rendah daripada inflasi tahun kalender pada September yang sebesar 2,97%. Laju inflasi year on year tercatat sebesar 4,42%.
BPS juga mencatat terjadi deflasi pada komponen inti inflasi Oktober 2011 sebesar -0.12%. Inflasi inti year on year sebesar 4,43%.Kemudian, BPS juga mencatat tarif angkutan udara naik 0,04%, sementara harga ayam ras turun 0,03%, tarif angkutan kota naik 0,02%, harga kentang turun 0,2%, harga bawang merah turun 0,02%, dan minyak goreng 0,02%.
(nia/qom)











































