Langkah tersebut sekaligus akan mengakhiri era Kodak, korporasi terbesar yang menjadi korban era digital. Kodak harus mencari perlindungan kebangkrutan setelah gagal mengadopsi teknologi modern yang cepat untuk produk fotografi digital, yang sebenarnya dulu justru ditemukan oleh Kodak.
Kodak yang mendaftarkan kebangkrutannya pada Januari 2012 lalu menyatakan, langkah penghentian produksi kamera itu akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja secara signifikan. Saat ini unit tersebut memiliki 400 karyawan, sebagian besar berbasis di Rochester, New York. penghematan dari upaya tersebut diperkirakan mencapai US$ 100 juta dari biaya operasional tahunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kodak belum pernah lagi mengungkapkan jumlah tenaga kerjanya sejak akhir tahun 2010, ketika mengumumkan jumlah karyawannya sebanyak 18.800. Kodak mengatakan, keputusannmya tersebut merupakan langkah yang logis sebagai bagian dari strategi untuk memperbaiki marjin bisnis kamera dengan mempersempit portofolio produk, geografis dan outlet ritel.
Perusahaan yang meraup tiga perempat pendapatannya dari digital itu berencana fokus mencari lisensi untuk memperluas program lisensi brand-nya. Kodak berendana untuk terus menawarkan pencetakan foto ritel dan online serta printer desktop.
Sebagai tambahan untuk segmen konsumen bisnis, Kodak memiliki segmen komersial yang termasuk jasa perusahaan, grafis, entertainment dan unit film komersial.
Unit jasa konsumen Kodak juga akan termasuk kios foto digital dan sistem lab kering. Kodak menyatakan memiliki 100.000 kios dan stasiun pemesanan sistem lab kering di berbagai belahan dunia.
"Strategi Kodak sejauh ini untuk memperbaiki marjin bisnis dengan mempersempit partisipasi kami dalam istilah portofolio produk, geografis dan outlet ritel. Pengumuman hari ini adalah sebuah perpanjangan logis dari proses itu berdasarkan analisis dari trend industri," ujar Presiden bisnis konsumer Kodak, Pradeep Jotwani seperti dikutip dari AFP.
(qom/qom)