"Benar PT Jasa Marga ada andil terhadap kemacetan yang cukup panjang di ruas jalan menuju pintu tol, karena standaralisasi baik SDM dan SOP tidak berjalan baik, tapi secara makro Jasa Marga tidak sepenuhnya salah," kata Anggota Harian YLKI, Tulus Abadi, kepada detikFinance, Rabu (21/3/2012).
Namun secara makro tingginya volume atau jumlah kendaraan khususnya di DKI Jakarta sementara ruas lebar luas jalan tidak berubah juga menjadi faktor utama paling besar terjadinya kepadatan termasuk 'ngamuknya' Menteri BUMN kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, disisi lain, kota ini tidak memiliki angkutan dalam kota yang bersahabat dengan penumpangnya.
"Manajemen transportasi umum masih belum memenuhi standar, sementara jumlah kendaraan pribadi makin hari makin banyak, apalagi ditambah masih banyak standalisasi pengelola tol yang belum memenuhi standar. Seperti infrastuktur dan kualitas jalan tol belum memenuhi standar, kecepatan kendaraan dijalan tol, kinerja SDM pengelola jalan tol terutama dipintu tol, seharusnya transaksi maksimal 5-8 detik per mobil ternyata lebih lama," ungkapnya.
Makanya, kata Tulus, selain manajemen pengelola tol diperbaiki tidak hanya Jasa Marga saja, Dahlan Iskan juga dituntut aksinya tersebut juga bisa diaplikasikan dengan membuat transportasi umum jauh lebih baik.
"Pemerintah juga dapat mengeluarkan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi, agar kepadatan di ruas jalan dititik-titik macet selama ini dapat berkurang, apabila tidak dilakukan jangan harap ada perubahan walaupun Dahlan Iskan ngamuk berulang kali," tandasnya.
(dru/dru)