Katua Umum Asosiasi Tol Indonesia Fatchur Rochman mengatakan standarnya sebuah transaksi manual di pintu tol hanya memakan waktu 6-10 detik. Waktu transaksi ini tak akan tetap menimbulkan antrean jika dalam waktu bersamaan terjadi puncak volume kendaraan di satu pintu tol.
"Sebenarnya pelayanan tak bisa diukur dari banyaknya antrean, tetapi berapa detik dalam satu transaksi," katanya kepada detikFinance, Rabu (21/3/2012)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau soal antrean tidak bisa disalahkan pelayanannya kurang, seperti nonton bioskop kalau malam minggu ya antre panjang, apakah itu pelayan tidak cepat, kan tidak," kataya.
Ia juga menambahkan ada juga sisi konsumen atau pengguna tol yang menjadi penentu antrean tol bisa lebih cepat atau lambat. Pasalnya, saat ini masih banyak konsumen yang belum siap membayar dengan uang pas, atau harus merogoh saku lama saat sudah di depan loket pintu tol.
"Makanya sekarang orang menggunakan e-Toll, itu praktis kalau dilakukan benar, itu sebenarnya hanya 4 detik,"katanya.
Kenyataanya penggunaan e-Toll card di Indonesia masih sangat rendah. Penyebabnya, lanjut Fatchur, secara sosial orang Indonesia malas-malas dan dari sisi penyelenggara kurang sosialisasi.
"Justru e-Toll card bukan pemasaran kurang, orang kita ini hal-hal yang kayak gini malas. Seperti sopir taksi, kalau taksinya pintar lebih cepat pakai e-Toll card. Saat saya tanya kenapa? Mereka bilang merasa belum mengerti faedahnya. Menurut saya sosialisasi kurang, orang kita malas, mereka menyamakan itu uang hilang kalau beli e-Toll card," katanya.
(hen/dnl)