Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro kepada detikFinance di sela kunjungannya ke pabrik anak usaha di Malang, Jawa Timur, Sabtu (24/3/2012).
Ismed mengatakan, RNI melalui anak usahanya Mitra Rajawali Banjaran memproduksi 900 ribu gross kondom dalam setahun. Nilai 1 gross setara dengan 144 buah, kalau 900 ribu gross berarti mencapai 129,6 juta buah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, produk kondom RNI bermerek 'Artika' baru menguasai 2% dari penjualan kondom di dalam negeri yang mencapai 190 juta buah per tahun. Sebanyak 98% pangsa pasar kondom di Indonesia dikuasai merek impor seperti Sutera, Fiesta, dan Durex.
Rendahnya pangsa pasar kondom Artika menurut Ismed bukannya tanpa alasan, ini disebabkan oleh kesalahan dalam strategi pemasaran. Padahal RNI memiliki kondom unggulan yaitu kondom bergerigi yang diminati pasar tetapi produksinya masih terbatas. Sehingga, RNI berencana mengubah strategi pasarnya.
Ironisnya lagi, pemerintah dalam hal ini BKKBN lebih senang menggunakan kondom impor daripada dalam negeri. "Pemerintah (BKKBN) mengimpor 1 juta gross dari Eropa dan China."
Selama ini produk kondom RNI diekspor ke China, Afrika, dan Timur Tengah. Sementara itu, di April ini RNI akan menandatngani Mou untuk perluasan pasar kondom Artika ke ASEAN.
Dari dalam negeri, RNI memperoleh angin segar dari komisi IX DPR agar pemerintah (BKKBN) mengutamakan penggunaan alat kontrasepsi dalam negeri sehingga ini menambah peluang bagi RNI untuk mengembangkan Artika sebagai produk unggulan dalam negeri.
"Kami ingin kondom menjadi produk unggulan RNI," tegasnya.
(feb/dnl)