Ketua Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayur Segar Indonesia (Assibisindo) Kafi Kurnia mengatakan sebagai pelaku importir buah, ia dan rekan-rekannya tak bisa disalahkan. Meningkatnya daya beli masyarakat beberapa tahun terakhir, mendorong permintaan pasar buah-buahan di dalam negeri termasuk buah impor.
Kafi menuturkan selama ini pasokan buah lokal tak bisa memasok sepanjang tahun, harganya juga tak bisa bersaing, daya tarik fisik yang kurang menarik menjadi masalah klasik. Ia juga mencatat hingga saat ini belum ada satu pun hamparan perkebunan buah yang secara khusus untuk perkebunan buah di Indonesia, apalagi beberapa komoditas buah unggulan justru terkendala distribusi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya pemerintah harus mengambil peran untuk mengatasi masalah ini, seperti mempermudah rantai distribusi dengan menyiapkan infrastruktur. Selain itu, ia juga berharap persaingan bisnis penerbangan di Indonesia, lambat laun akan membuat tarif murah untuk barang termasuk untuk distribusi buah-buahan.
"Pemerintah seharusnya, tanahnya jangan diambil oleh sawit semua dong, kita bikin estate perkebunan buah, pemerintah bikin bendungan, irigasi untuk mendukung kawasan produksi buah," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia Hasan Johnny Widjaja menambahkan selama ini ia dan teman-temannya kesulitan untuk mendapatkan pasokan buah lokal untuk diekspor. Justru yang paling mudah mendapatkan buah impor dengan harga yang sangat bersaing.
"Buah-buahan kita bisa memasok sepanjang tahun, memang paling nggak enak nanam butuh waktu 8 tahun nunggu hasilnya. Orang lebih enak impor langsung untung, sehingga orang malas investasi," kata Hasan dihubungi terpisah.
Hasan mengaku tak heran dengan lonjakan impor buah belakangan ini, menurutnya selagi pasokan buah lokal masih disuplai terbatas maka buah impor akan tetap merajalela.
"Lonjakan selama ini, karena kita belum ada kawasan buah, kalau belum ada kawasan buah maka akan selamanya impor," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total impor buah-buahan asal saja China per triwulan I-2012 senilai US$ 140,9 juta atau sekitar Rp 1,26 triliun. Bandingkan dengan triwulan I-2011, impor buah-buahan mencapai US$ 115,6 juta (Rp 1,04 triliun) termasuk jeruk dan pir atau mengalami kenaikan 20%.
(hen/dnl)











































