"Kadang ada gangguan, maklum umurnya sudah sekitar 20-30 tahun. Untuk Jabodetabek saja mungkin dibutuhkan dana sekitar Rp 2 triliun," jelas Direktur Utama KAI Ignasius Jonan seperti dikutip detikFinance, Rabu (8/5/2012).
Jonan mengatakan, untuk peremajaan sistem sinyal kereta api di Jawa dan Sumatera membutuhkan dana hingga mencapai Rp 4-5 triliun. "Persinyalan itu masih banyak yang diimpor," imbuh Jonan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Vice President Sinyal, Telekomunikasi, dan Listrik PT KA, Ira Nevasa mengatakan, sistem persinyalan kereta api sering rusak karena umurnya tua dan mengalami gangguan, contohnya adalah yang terjadi pada jalur KRL Jakarta-Bogor. Apalagi kalau terkena petir.
"Wilayah antara Depok-Bogor merupakan wilayah yang memiliki hari guruh tertinggi di Indonesia. Di sekitar Sawangan ada daerah yang diberi nama Cipetir dan pernah tercatat di buku Guiness Book of Records sebagai tempat di dunia yang pada suatu hari tertentu paling banyak dikunjungi petir," tutur Ira .
"Sistem sinyal yang terpasang berasal dari Eropa, sudah berusia sekitar 20 tahun dan merupakan perangkat elektronik yang sangat sensitif terhadap serangan atau imbas petir," kata Ira.
Pekan lalu, gangguan sinyal mengacaukan jadwal KRL Bogor-Jakarta. Akibatnya, seratusan penumpang masih menumpuk di sejumlah stasiun sepanjang jalur dari Bogor arah Jakarta.
Menteri BUMN Dahlan Iskan juga kemarin sempat menumpang KRL di lintasan Jakarta-Bogor untuk melihat kondisi persinyalan kereta api.
(dnl/ang)