Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid Ahmadi saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jalan MI Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (22/5/2012).
"Kalau dibilang mematikan saya paling tidak sepaham, justru yang kita lihat minimarket ini konsepnya kan bisa bermitra dengan orang-orang di wilayah itu, ini yang dikembangkan orang-orang minimarket, kayak sevel (7-Eleven), ya mereka bisa melayani konsumen mereka," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kembali kalau dibilang mematikan, saya tidak. Tidak serta mematikan karena pesaing dari pasar modern itu, sevel, indomaret, alfamart, itu pesaingnya yang moderen, tidak yang tradisional. Punya segmentasi yang berbeda, jadi pesaing kita itu bukan tradisional tetapi sama yang modern, bagaimana kita menyediakan produk yang baik, diferensiasi produk dengan toko sebelahnya itu," ujarnya.
Namun, lanjut Satria, pasar tradisional pun harus bebenah diri guna memberikan daya tarik bagi konsumen. "Pasar tradisional ini harus didorong, didorong ini pun tidak mudah, ada SDM di situ, ada manajemen, aksesnya pun luar biasa di daerah berlian, tapi tata kelola di tradisional perlu diperhatikan," ujarnya.
Pasar tradisional pun dapat bekerja sama dengan pasar moderen, seperti dalam mengelola ritel untuk pasar tradisional.
"Banyak yang bisa digagas, misal sumber daya pasar itu sendiri, kita bisa jadi think tank bagi mereka untuk mengajarkan bagaimana manajemen retail, pemerintah sudah atur semuanya," pungkasnya.
(nia/hen)