"Bahkan harga raket Li-Ning harganya bisa tembus Rp 10 juta, sementara kalau Yonex paling tinggi Rp 5-9 juta itu pun sudah paling hebat," kata seorang penjaga Toko Buku Gramedia Mal Sunter, Jakarta Utara, kepada detikFinance, Senin (28/5/2012)
Ia mengatakan meski raket Li-Ning buatan China, namun secara kualitas cukup bisa bersaing dengan kompetitornya seperti Yonex. Bahkan dari sisi harga, raket Li-Ning justru lebih tinggi harganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai gambaran, harga raket Yonex Standar di toko Gramedia Sunter untuk kelas carbonex dan Isometrik tekanan senar 17-22 harganya Rp 499.000-990.000 per unit.
Sementara itu raket Li-Ning tipe UC 3200 bahan carbon dibanderol Rp 599.000, dengan spesifikasi senar atas tekanannya 20-24, tekanan senar miring 22-26
Untuk segmen raket kelas, teratas berbahan material titanium, Yonex armotec dan acsaber dengan tekanan 26-28 dibanderol Rp 1,5-2 juta. Sementara untuk Li-Ning tipe N90, harganya Rp 2,1 juta dengan tekanan senar 26-28.
Meski demikian, produk raket buatan China juga ada yang masuk segmen kelas bawah. Seperti penelusuran detikFinance di toko Ace Hardware, raket buatan China merek Sporty-K harganya hanya Rp 100-200.000, full carbon, harga termahal Rp 400.000.
"Orang yang beli Li-Ning sedikit banget, tapi yang beli Yonex nggak terhitung, karena juga buatan Jepang," kata penjaga toko Gramedia itu
Raket Li-Ning menjadi fenomenal pada ajang kompetisi bulutangkis dunia Thomas dan Uber Cup pekan lalu. Tim China yang memakai raket kebanggannya, bermerek Li-Ning berhasil menyabet dua piala sekaligus.
(hen/dnl)