Produsen jenang jaket di Kelurahan Mersi, Purwokerto Timur, Banyumas, Jawa Tengah, Ny Salimin mengaku konsumen dari wilayah Eks Karesidenan Banyumas dan Jakarta kini sudah mulai memesan jenang ketan sejak sebulan lalu.
"Konsumen sudah minta dikirim jenang pada H-7 Lebaran," katanya kepada wartawan saat ditemui di tempat industri jenang jaket, Sabtu (4/8/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meningkatnya permintaan jenang ketan Ny Salimin, tentu saja menaikkan omzet penjualan. Pada hari biasa dia hanya memproduksi jenang ketan sekitar 3 kuintal. Namun, pada Lebaran kali ini produksinya naik hingga mencapai 1 ton.
"Kami juga sudah menyiapkan tenaga tambahan untuk membantu proses produksi," katanya.
Dia menambahkan, meski permintaan menjelang Lebarang meningkat namun produsen jenang ketan tidak menaikkan harga jual. Harga jenang ketan polos per bungkus isi 16 biji dijual dengan harga Rp 9 ribu, sedangkan jenang ketan wijen Rp 10 ribu per bungkus.
Selain kemasan, kata Ny Salimin, menjual jenang ketan polos per kilogram Rp 18 ribu, sedangkan jenang ketan wijen Rp 20 ribu. "Meski harga tidak kami naikkan, tapi kami tetap mengutamakan kualitas produk," katanya.
Sementara itu, bagian Administrasi Toko Oleh-oleh Sawangan 1 yang berada di Kota Purwokerto, Iding (37), juga mengungkapkan, harga jual jenang ketan masih sama seperti biasanya. Produsen sengaja tidak menaikkan harga lantaran takut ditinggal pembeli.
Seperti halnya harga tempe mendoan isi dua biji berkisar Rp 700 - Rp 900, sedangkan harga paket tempe mendoan (isi tepung, kecap dan tempe mendoan 10 biji) Rp 26 ribu - Rp 28 ribu. Menyusul harga keripik berkisar Rp 8.500 - 12 ribu per bungkus.
Saat ini produsen makanan khas itu hanya fokus untuk meningkatkan produksi menghadapi lonjakan permintaan konsumen saat libur Lebaran. Apalagi berdasarkan pengalaman, pusat-pusat penjualan makanan dan jajanan tersebut selalu diserbu pembeli yang kebanyakan pemudik luar kota yang hendak pulang kembali ke tempat kerja atau daerah asal.
(ang/ang)