PT KAI akan Komersialkan Aset Lahan Non Produktif
Kamis, 16 Sep 2004 17:20 WIB
Bandung - PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan berusaha melakukan kreasi dan inovasi untuk menambah pendapatan perusahaan. Beberapa peluang baru di luar bisnis inti jasa transportasi perkeretaapian akan digarap secara serius terutama di bidang properti dengan memanfaatkan aset-aset lahan milik BUMN ini yang tersebar di banyak tempat strategis di berbagai kota.Demikian dikemukakan Omar Berto, Direktur Utama PT KAI di sela-sela workshop perkeretaapian di Kantor Pusat PT KAI Jl Perintis Kemerdekaan, Bandung, Kamis (16/9/2004).Omar Berto menuturkan bahwa dari hasil telaah dan analisis yang dilakkukan, bisnis perkereta apian masa kini dan mendatang tidak bisa lagi hanya bertahan pada bisnis inti jasa angkutan KA. "Ada banyak peluang, baik yang terkait secara langsung dengnan bisnis inti atau pun tidak, yang bisa memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan perusahaan," tuturnya.Apalagi dalam perkembangannya, dalam koridor jasa angkutan jarak jauh PT KAI kini mendapatkan saingan berat dari angkutan penerbangan yang bisa menjual tiket murah. Ancaman ini semakin nyata, dengan adanya peningkatan landas pacu di berbagai bandara, yang akan membuat persaingan itu semakin berat bagi PT KAI. "Pesawat dengan kapasitas yang lebih besar bisa beroperasi dan tarif bisa semakin kompetitif lagi," paparnya lagi.Di jasa transportasi darat, pembangunan ruas-ruas jalan tol di berbagai daerah juga membuat pangsa pasar jasa angkutan KA semakin berkurang. "Ambil contoh, jalan tol Cikampek-Padalarang yang akan segera selesai, pasti akan ada pengaruhnya terhadap angkutan KA," ujarnya.Di sisi lain, PT KAI menurut Berto memiliki aset yang amat banyak. Beberapa di antaranya bahkan berada di kawasan perkotaan dan bernilai ekonomis tinggi serta menempati lokasi yang sangat strategis. Dari data yang berhasil dikumpukan, setidaknya terdapat 269,712 juta meter persegi aset lahan PT KAI. Dari jumlah itu, yang berhasil dipropertikkan baru seluas 300 ribu meter per segi atau 0,11% saja. "Dari luas yang kecil itu, berhasil diperoleh pendapatan Rp 8,03 miliar. Cukup besar dan lumayan," kata Berto.Karena itu, pada tahun 2003 PT KAI menambah luas lahan yang dipropertikan itu hingga bertambah 213.374 meter persegi atau 0,08%. Ini berhasil menambah pemasukan Rp 9,9 miliar."Karena itu, pada tahun 2004 ini kami menargetkan bisa mencapai 627.280 meter per segi atau 0,23% dari luas aset lahan PT KAI. Kalau ini berhasil dicapai, total aset non produktif yang berhasil dioptimalkan perkiraan pendapatan dari sini saja bisa mencapai Rp 38,7 miliar. Sebelumnya, lahan ini tidak memberikankontribusi apa pun kepada PT KAI. Bahkan kami harus membayar PBB-nya," tutur Berto panjang lebar.Diakuinya, tidak mudah untuk membuat aset lahan non produktif itu bisa bermanfaat. Apalagi cukup banyak aset lahan PT KAI yang sudah diserobot warga atau pihak ketiga lainnya. "Umumnya, lahan itu sudah ditempati turun temurun. Untuk mengosongkannya, diperlukan social cost yang tidak kecil," katanya seraya mencontohkan sejumlah kasus yang terjadi.Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PT KAI Edward Nababan menambahkan bahwa PT KAI membuka diri untuk bekerja sama dengan investor luar, yang ingin memanfaatkan aset lahan perusahaannya. "Silakan saja, selama bisa saling menguntungkan kenapa tidak," katanya.PT KAI kini tengah menjajaki kemungkinan pemanfaatan lahan-lahan terutama di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan bahkan di Bukittinggi agar memberikan kontribusi pendapatan kepada perusahaan.
(nrl/)