Pedagang 'Teriak' Harga Daging Sentuh Rp 100 Ribu/kg Akibat Kelangkaan

Pedagang 'Teriak' Harga Daging Sentuh Rp 100 Ribu/kg Akibat Kelangkaan

- detikFinance
Sabtu, 17 Nov 2012 14:37 WIB
Jakarta - Pedagang daging sapi 'berteriak' karena harga daging kembali melonjak tinggi akibat kelangkaan stok, bahkan ada sebagian pedagang yang mogok. harga daging saat ini berada di Rp 85 ribu-Rp 100 ribu per kilogram (kg).

Sekjen Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf membenarkan pedagang daging sapi di Jakarta melakukan demo karena melonjaknya harga daging.

"Benar ada demo dari para pedagang, tetapi sangat sia-sia," katanya saat dihubungi detikFinance, Sabtu (17/11/2012).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rochadi berpendapat, aksi demo yang dilakukan oleh para pedagang sia-sia karena dilakukan pada hari libur. "Sia-sia karena banyak warga masyarakat Jakarta yang liburan ke luar kota sehingga warga ibukota tidak tahu kalau harga daging saat ini mahal," katanya.

Menurut Rochadi, pedagang daging di Jakarta mengaku kecewa dengan melonjaknya harga daging. Saat ini, angkanya telah berada di kisaran Rp 85 ribu sampai Rp 100 ribu per kilogram untuk semua jenis daging sapi.

Para pedagang daging se-Jakarta dan sekitarnya langsung menggalang aksi. Mereka melakukan aksi mogok berdagang selama beberapa hari.

"Mereka (pedagang daging sapi) demo karena harganya naik terus dan belum lagi langka sehingga mengakibatkan kerugian pada mereka," cetus Rochadi.

Dijelaskan Rochadi, ada beberapa masalah yang menyebabkan harga daging terus merangkak naik dan cenderung langka. Salah satu alasan utama yang menjadi masalah adalah kebijakan pemerintah yang kurang tepat dengan menahan laju impor.

"Ini adalah ujian pemerintah, permasalahan sebenarnya sangat kompleks," katanya.

Masalah pertama adalah akibat dari kebijakan sensus berurut. Menurut Rochadi, perkiraan pemerintah di 2014 Indonesia bakal swasembada daging 14,8 juta ton.

"Angka 14,8 juta ton ini yang menyebabkan keran impor dikurangi," tuturnya.

Menurut Rochadi, pemerintah bergeming untuk melakukan importasi hanya sebesar 17% dari takaran normal sebesar 30-40%. "Negara Australia bahkan berpendapat, kebijakan ini tidak benar dengan hanya mengimpor 17%," paparnya.

Selain masalah di atas, masalah lain adalah infrastruktur jalan yang buruk. Kendala infrastruktur menunjang kelangkaan distribusi daging dari daerah Timur Indonesia ke Barat Indonesia.

Masalah terakhir adalah berhentinya penyaluran sentra penghasil sapi seperti Jawa Timur dan Jawa Barat. Menurut Rochadi, pembatasan dan pengeluaran sapi yang dilakukan kedua daerah tersebut menyebabkan tersendatnya distribusi daging.

"Jawa Timur biasanya menghasilkan 4 juta ton sedangkan Jawa Barat 400-600 ribu ton, kalau ditahan tentu ini akan berakibat kelangkaan," tegasnya.

(wij/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads