Kondisi ini berbeda dibanding harga sayuran pada awal bulan Januari 2013 lalu. Tingginya harga sayuran diperkirakan karena permintaan di sejumlah pasar besar meningkat serta sejumlah wilayah yang diperkirakan belum panen.
"Jika dibanding harga dipasaran, memang harga di tingkat petani lebih rendah. Tetapi kami memaklumi karena harga di pasaran setelah ditambah ongkos angkut,” kata Slamet, salah seorang petani sayuran di Desa Kutabawa kepada wartawan, Rabu (27/2/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, harga daun Luncang Rp 5.000 per kilogram, tomat Rp 10.000 per kilogram, wortel Rp 4.000 per kilogram, dan kobis Rp 4.500 per kilogram.
”Jika dibanding harga sebelumnya, rata-rata mengalami kenaikan antara Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per kilogram,” katanya.
Komoditas sayur yang sedang dipanen para petani di wilayah kaki Gunung Slamet yang meliputi Desa Kutabawa dan Desa Serang sebagian besar berupa kentang, daun luncang, tomat, dan kobis.
"Biasanya, saat panen melimpah, harga sayuran hampir anjlok. Bahkan, tomat sengaja dibiarkan tidak dipanen karena jika terpaksa dipanen malah merugi. Tidak dipanen saja sudah rugi, apalagi jika dipanen, malah menambah biaya petik,” ujarnya.
Sementara itu, pedagang sayur di Sub Terminal Agribisnis (STA) Kutabawa mengungkapkan, kenaikan harga sejumlah jenis sayuran dan hortikultura di tingkat petani tidak mempengaruhi pendapatan para pedagang. Jika harga yang dibeli dari petani sudah tinggi, maka harga jualpun akan mengikuti. Pedagang hanya mencari keuntungan sedikit, setelah dikurangi biaya transportasi.
“Kalau harga beli dari petani tinggi, saya senang juga karena petaninya tidak merugi. Biasanya kan lebih sering harga anjlog dan petani merugi, kasihan mereka. Kalau saya, dagang ya tetap untung. Belinya mahal ya saya jual mahal, belinya murah ya dijual murah. Yang penting ada selisih untuk keuntungan,” kata Tarmiyatun (47), pedagang sayuran di Sub Terminal Agribisnis (STA) Kutabawa.
Dia menjelaskan, harga tomat misalnya, yang biasanya dia beli dari petani Rp 8.000 per kilogram, kini naik Rp 10.000. Dengan harga beli yang sudah tinggi, maka dilepas ke pasaran umum juga tinggi. Lalu harga kentang saat ini berkisar antara Rp 4.500 – Rp 5.000,- per kilogram tergantung kualitasnya. Setelah ditambah biaya transportasi dan dengan mencari keuntungan sedikit, kentang itu dikirim ke sejumlah pasar di Purwokerto, Cilacap, Tegal, Yogyakarta, Semarang, Cirebon.
”Yang penting ada selisih harga untuk keuntungan,” katanya.
(arb/hen)