Ekportir buah salak sekaligus Paguyuban Petani Salak Merapi Suryo Agung membenarkan alasan China menolak salak asal Indonesia. Hal ini dikarenakan para kompetitor eskportir salak ramai-ramai mengekspor salak yang tidak sesuai prosedur SOPGAP (Standard Operational Procedure Good Agricultur Practice) yang ditetapkan China.
"Kompetitor eksportir itu mengambil salak yang tidak sesuai dengan SOPGAP. Jelas ditolak China karena salak itu tidak melalui kualitas kontrol yang harus dilakukan," kata Agung saat dihubungi detikFinance, Rabu (29/5/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu sudah terjadi sejak 2 tahun ke belakang sejak Merapi meletus di tahun 2011. Mereka ekspor salak dari Banjarnegara, Wonosobo, dan Bogor yang tidak sesuai SOPGAP," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan, alasan mengapa hanya salak Merapi yang diterima oleh China. Menurutnya, selain menyandang gelar SOPGAP, salak Merapi juga sudah diakui dunia dengan label global grade.
"Kualitas itu tergantung dari lokasi penanaman. Tanah kita dan prosedur penanaman sudah diterapkan kualitas kontrol sehingga masa keawetan lebih panjang. Kalau salak dari Wonosobo, Banjarnegara, dan Bogor itu ditanam di tanah liar dengan kandungan air yang cukup banyak sehingga busuknya juga lebih cepat," jelasnya.
(wij/dnl)