Ketika Si Cantik Digerogoti Monster

Hegemoni Barbie Mulai Runtuh?

Ketika Si Cantik Digerogoti Monster

- detikFinance
Rabu, 31 Jul 2013 10:55 WIB
Jakarta - Sudah tujuh tahun Lisa Maddux, 42 tahun, memenuhi hobi putrinya, Olivia, akan boneka-boneka Barbie. Lemari penyimpanan boneka di rumah mereka di Portage, Wisconsin, sudah terasa sesak. Dia tahu, kegemaran itu belum saatnya berhenti.

Tetapi akhir-akhir ini tak hanya boneka perempuan ramping berambut pirang, kaki jenjang, dan mata biru, saja yang melengkapi koleksi Olivia. Putri berusia 10 tahun itu punya koleksi baru: boneka drakula cantik tapi bertaring dari Monster High.

"Saya mengamati Olivia dan beberapa temannya, dan melihat bahwa mereka tak hanya memainkan Barbie,” kata penulis lepas itu pada pekan lalu, tentang alasannya menambah koleksi boneka putri tersayangnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Lisa dan Olivia barangkali bisa jadi gambaran akan apa yang sedang terjadi di kerajaan bisnis Barbie akhir-akhir ini. Barbie, yang muncul sejak 1959, sudah lama menjadi ratu dan ikon di 'kerajaan' mainan boneka. Tapi dominasinya kian hari kian digerogoti. Penjualannya terus menurun.

Menurut analisis Group NDP, di tengah terjadinya pertumbuhan pasar sebesar 6 persen, penjualan Barbie terus menurun dalam empat kuartal terakhir. Tapi meski penjualannya tergerus, Barbie memang masih mendominasi dengan nilai franchise mencapai US$ 1,3 miliar per tahun.

Sementara Draculaura Cs mengangkat posisi Monster High ke posisi nomor dua hanya dalam waktu tiga tahun. Menurut Gerrick Johnson dari BMO Capital Markets, penjualan boneka-boneka drakula dan vampir itu lebih dari US$ 500 juta per tahun.

Sejumlah pengamat menilai, penurunan pamor Barbie, selain terancam oleh menguatnya penjualan boneka saingannya, juga terpengaruh oleh berbagai kontroversi yang mengikutinya sejak semula.

Novelis pemenang Pulitzer, Carol Shields, pernah mencaci ekspresi wajah Barbie yang dinilainya “menakutkan dan mengganggu”. Kritik pedas lainnya adalah soal proporsi tubuh boneka-boneka Barbie yang super ramping.

Penampilan itu menimbulkan masalah makan bagi penggemar yang ingin meniru proporsi yang tak realistis itu. Bahkan menurut studi University Central Hospital di Helsinki, Finlandia, tubuh sekurus itu kekurangan 17 sampai 22 persen lemak tubuh yang diperlukan seorang perempuan untuk menstruasi.

Slumber Party Barbie, yang dilansir pada 1965, bahkan muncul dengan buku bertajuk “Bagaimana Menurunkan Berat Badan”. Salah satu tips dalam buku itu adalah “Jangan Makan”. Gawat!

Lain halnya dengan boneka-boneka Monster High. Meski tetap menampilkan postur yang langsing (tak heran karena boneka ini juga buatan Mattel), boneka itu tampil dengan gaya punk rock.

Boneka-boneka macam Monster High menampilkan perempuan-perempuan berambut warna-warni, boot tinggi sampai ke lutut, rok mini bercorak tengkorak, dan gigi taring. Nama-namanya pun 'sangar', sebut saja Draculaura atau Ick Abbey Bominable. Tampaknya pesan yang ingin disampaikan Monster High: berpenampilan yang berbeda itu oke juga kok.

Ada pergeseran usia pangsa pasar Barbie, yang sebelumnya adalah 3-9 tahun, dalam 15 tahun terakhir sudah berubah jadi antara 3-6 tahun. Menurut analis dari Timetoplaymage.com, Jim Silver, ini lantaran anak-anak yang berusia di atas itu lebih menyukai gadget atau boneka seperti Monster High, yang memang membidik anak-anak usia 6-13 tahun.

Apakah ini tanda-tanda bahwa peralihan kekuasaan di kerajaan boneka akan terjadi dalam waktu dekat? Sean McGowan, analis mainan di Needham & Co. tak sependapat. “Barbie masih merupakan brand terkuat di industri,” katanya.

McGowan pun khawatir, Monster High hanya akan sanggup mengekor Barbie selama lima tahun. Atau setidaknya, sampai anak-anak yang memainkannya merasa bosan.

Tapi kebosanan belum singgah ke hati Olivia Maddux. Sampai saat ini dia masih memainkan koleksi Barbie dan Monster High-nya bersama-sama. “Boneka monster itu seperti pelayan Barbie,” kata Lisa, sang ibu, seraya terkekeh.


(DES/DES)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads