Duit Lama, Hobi Sekaligus Bisnis Menggiurkan

Numismatik, Si Pehobi Uang Lama (3)

Duit Lama, Hobi Sekaligus Bisnis Menggiurkan

- detikFinance
Jumat, 18 Okt 2013 16:06 WIB
Foto: Hidayat Setiaji (Detikcom)
Jakarta - Selaku dokter, Arifin Martoyo rupanya mempunyai kegemaran lain: mengoleksi duit lama. Dia termasuk seorang numismatik yang terkenal. Numismatik adalah orang-orang yang mengoleksi duit-duit lama.

Arifin sudah menggeluti nusmismatik sejak duduk di Sekolah Dasar pada 1970-an. Dia menyukai uang lama lantaran keindahan lukisan yang tercetak pada uang itu. Menurutnya, lukisan tersebut berbeda dengan yang ada di pameran-pameran. “Dipandang berkali-kali pun tidak akan bosan,” ujar pria 46 tahun ini.

Arifin khusus mengoleksi duit lama Indonesia. Koleksinya terentang dari zaman Hindia Belanda sampai yang agak terkini. Begitu banyak koleksinya sampai-sampai Arifin tidak bisa menyebutkan. “Seorang numismatis tidak mementingkan pada jumlah koleksi, tetapi kualitasnya. Percuma kalau kita punya uang koleksi satu ton tetapi kualitasnya jelek. Saya sendiri tidak pernah menghitung jumlah koleksi saya,” tutur Arifin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mencapatkan koleksi, Arifin berburu dari mana saja. Mulai dari lelang, membeli di pedagang uang kuno, sampai berburu ke daerah-daerah. Koleksinya juga bisa bertambah ketika berinteraksi dengan kawan-kawan sehobi.

Menurut Arifin, duit yang paling banyak dicari adalah duit dari zaman Hindia Belanda, terutama untuk pecahan besar dan bergambar wayang orang. “Uang zaman itu terdiri dari pecahan 5 sampai 1.000 Gulden. Beberapa pecahan yang agak susah dicari adalah 200, 500, dan 1.000 Gulden. Itu adalah seri-seri yang bagus dan langka,” kata Arifin.

Apakah numismatik merupakan hobi yang mahal? Arifin bilang relatif. Jika mendapatkan koleksi melalui lelang atau membeli di pedagang, mungkin harganya bisa sedikit mahal. Namun jika rajin berburu sendiri, ada kemungkinan bisa mendapat dengan harga agak miring.

Ternyata hobi ini pun bisa jadi bisnis. Tengoklah apa yang dilakukan Amin. Awalnya hanya seorang kolektor, Amin kemudian melihat celah bisnis dari hobinya. Dia kemudian mendirikan sebuah toko di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, pada tujuh tahun lalu.

Di dalam tokonya berjajar berbagai varian uang lama, dari dalam maupun luar negeri. “Namun saya lebih fokus ke uang Indonesia. Untuk uang luar negeri tidak terlalu banyak,” ujar pehobi yang mengumpulkan duit lama sejak duduk di bangku Sekolah Dasar ini.

Keindahan duit lama, kata Amin, terletak pada gambar dan proses cetaknya. “Seninya cakep. Kemudian biar uang lama tetapi cetaknya luar biasa, bahkan tidak kalah dengan uang zaman sekarang. Grafisnya, nilainya, luar biasa,” tutur pria 36 tahun ini.

Dengan modal awal Rp 3 juta kini Amin memiliki usaha dengan omzet mencapai Rp 10-15 juta per hari. Pelanggannya macam-macam. Mulai dari kolektor sampai pasangan yang akan menikah dan membutuhkan pecahan duit lama dan kecil untuk mahar.

Untuk melengkapi stok barang, awalnya Amin berburu sampai ke daerah pelosok, seperti Kalimantan dan Pulau Jawa. Kini stok datang sendiri dari orang yang jual beli. Dia membenarkan bahwa uang lama yang diburu orang adalah yang berasal dari masa Hindia Belanda, terutama pecahan 1.000 Gulden.

Uang ini memang tidak terlalu banyak dicetak, sehingga menjadi collector’s item yang sangat berharga. Karena itu, harganya tergolong mahal. Dia bilang pernah melepas duit itu seharga Rp 100 juta.

Amin bilang, uang lama termasuk investasi yang harganya tidak akan turun. Oleh karena it dia optimistis bahwa bisnisnya memiliki prospek yang cerah. “Ini barang yang harganya naik terus, dan kolektor juga bertambah. Jadi tidak mungkin hancur kalau main di sini,” ucapnya.

(DES/DES)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads