Penembakan di kantor Saveenergy itu menewaskan satu orang dan melukai seorang lainnya. Nama Kim muncul setelah polisi menemukan mobil Honda-nya terparkir di halaman parkir perusahaan itu. Tapi sosok Kim raib, sebelum akhirnya ditemukan sudah menjadi mayat.
Seorang polisi mengatakan, penembakan diduga terkait dengan perjanjian bisnis yang tak memuaskan antara Kim dan pejabat Savenergy. “Dia memasuki satu ruangan yang berisi pemilik perusahaan, CEO, dan staf lain,” kata Steven Skrynecki, sang polisi.
Penembakan di Long Island itu adalah satu dari ratusan kasus penembakan berdarah yang terjadi di kantor-kantor di Amerika Serikat. Penembak biasanya salah seorang pekerja atau rekanan bisnis perusahaan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus penembakan di Amerika sudah jamak terjadi. Tapi kasus serupa di perkantoran telah memicu sejumlah perusahaan yang melarang karyawan atau pekerjanya membawa senjata api dan meninggalkannya di kendaraan di area parkir.
Kedai kopi Starbuck bahkan memperluas larangan itu sampai kepada pelanggannya. Mereka melarang pelanggannya membawa-bawa senjata api ke dalam area kafe.
Membawa senjata api mematikan ke tempat kerja jelas dilarang dan hampir semua orang sepakat. Tapi pelarangan senjata api sampai ke area parkir ternyata menimbulkan perdebatan besar. Perusahaan bilang yes, tapi pembela hak membawa senjata api berizin bilang no!
Pembelaan itu rupanya didukung pula oleh banyak negara bagian di Amerika Serikat. Mereka bahkan bertindak lebih jauh dengan mengeluarkan undang-undang yang melarang perusahaan membuat kebijakan pembatasan senjata api sampai ke area parkir.
Menurut mereka, sampai di area parkir, seorang pribadi masih berhak membawa senjata api, apalagi kalau dirinya memang punya izin. Ini terkait dengan keselamatan si individu.
Pembela hak membawa senjata mengatakan, undang-undang itu akan meningkatkan keselamatan pekerja karena mereka berhak melindungi dirinya sendiri saat berkendara dari rumah ke kantor.
Undang-undang itu dikenal dengan istilah “Bawa Senjatamu ke Tempat Kerja”. Sebanyak 22 negara bagian sudah mengeluarkan undang-undang semacam itu. Menurut mereka, perusahaan tak punya hak mengeluarkan larangan.
Sejumlah perusahaan memilih manut. Ada pula yang terpaksa menambah petugas keamanan pada saat ada rapat yang kemungkinan besar bertensi tinggi. Misalnya rapat pemutusan hubungan kerja alias PHK.
Tapi ada perusahaan yang terang-terangan menolak. Di antaranya adalah FedEx, Volkswagen, Caterpillar, dan Bridgestone. Mereka beralasan, manajemen pun punya hak untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman.
"Seperti pemilik rumah pribadi yang boleh mengatur tamunya, apakah mereka boleh membawa senjata ke halaman mereka? FedEx berhak memutuskan apa yang boleh dan tidak di area properti kami,” kata Mark Hogan, Wakil Presiden FedEx Express, di Tennessee.
(DES/DES)