Ada banyak macam sepeda, mulai dari sepeda mini untuk anak-anak, BMX, fixed gear alias fixie, sampai sepeda gunung. Eko Probo memilih untuk jadi penikmati jenis sepeda terakhir. Dosen di Universitas Trisaksi ini merasa perlu bergabung dengan sebuah komunitas.
Eko bilang, sepeda gunung mulai booming di Indonesia sejak 1990-an, diawali dengan sepeda merek Federal. Padahal, varian sepeda yang satu ini sebetulnya sudah dikenal sejak 1960-an. Nama lainnya sekarang adalah mountain bike alias MTB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun baru pada 1980-an para produsen memproduksi sepeda gunung secara masal, dimulai dari Specialized Stumpjumper. Pada 1990-an sampai saat ini, sepeda gunung bertransformasi dari olahraga yang minim peminat menjadi ajang yang dilombakan sampai di tingkat internasional.
Jenis olahraga sepeda gunung pun berkembang. Ada lintas alam (cross-country/XC), ketahanan (endurance), downhill, dan sebagainya. Setiap kompetisi membutuhkan sepeda gunung dengan spesifikasi khusus.
Sepedanya sendiri berevolusi sejak era 1960-an. Sepeda gunung sekarang ada yang punya sampai 30 percepatan, rem cakram, dan ukuran ban yang tidak lagi terpaku pada 26 inci tetapi sudah lebih besar yaitu 27,5 inci atau 29 inci.
Meski begitu, sepeda gunung tetap terbagi ke dalam empat macam suspensi. Pertama adalah rigid yaitu tanpa suspensi. Kedua, hard tail, yaitu hanya memiliki suspensi di bagian depan. Ketiga, soft tail, yaitu hanya suspensi minim di bagian belakang. Keempat adalah full suspension yaitu suspensi di depan, belakang, dan tengah.
Apakah sepeda gunung hobi yang mahal? Herunandi Saputra dari toko Garasi MTB menilainya relatif. “Ini bisa disesuaikan dengan budget kok. Memang bisa menjadi mahal kalau kita ingin sepeda atau komponen yang kualitasnya bagus,” katanya.
Tapi memang supaya aman, pria yang biasa dipanggil Ajo ini menyarankan pemula untuk mulai menekuni hobi itu dengan modal awal sekitar Rp 4,7 juta. “Itu minimal kalau mau puas. Rem sudah hidrolik dan fitur-fiturnya bagus,” ucapnya.
Eko pun berpendapat sama. “Kalau di bawah itu takutnya tidak terlalu bagus. Banyak kejadian sepedanya rusak saat dibawa ke track dan jadinya malah rugi,” katanya.
Eko menyarankan pemula untuk tak buru-buru membeli sepeda. Sebaiknya coba dulu sepeda teman. “Kalau sudah cocok, baru beli. Kalau sudah mahir, pasti kecanduan,” ujarnya seraya tertawa.
(DES/DES)