Kisah 'Cling' Pemantik Legendaris Zippo

Hobi Pemantik Zippo (1)

Kisah 'Cling' Pemantik Legendaris Zippo

- detikFinance
Jumat, 22 Nov 2013 08:56 WIB
Foto: zippocollector.com
Jakarta - Suryaman tak sekadar perokok. Lelaki 38 ini punya selera yang tinggi terhadap pemantik api untuk rokoknya. Dia tak mau membakar rokok kecuali dengan pemantik bermerek Zippo yang legendaris itu.

Menyukai Zippo sejak duduk di bangku SMA, Suryaman kini menjadi salah seorang kolektor Zippo yang serius. Total koleksinya mencapai 50 macam Zippo dengan nilai lebih dari Rp 25 juta.

“Sejarah Zippo itu sangat menarik,” kata Suryaman, berkisah tentang asal mula dirinya menyukai Zippo. “Pemantik ini juga kuat (tubuhnya), kalau tidak terlindas truk tronton sepertinya tidak akan rusak.”

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari ketertarikan ini Suryaman beralih menjadi salah seorang pehobi dan kolektor. Dia juga bergabung ke komunitas pehobi Zippo, ID-Zippo. Di sana mereka berkumpul dan bertukar informasi. Juga mendorong seniman lokal untuk menjadikan Zippo sebagai media seni.

Zippo adalah jenis pemantik legendaris yang sangat akrab di antara perokok. Merek ini bahkan bisa disebut sebagai nama generik untuk menyebutkan pemantik berbentuk khas, yang memiliki tutup dan berbunyi cling saat dibuka.

Zippo memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada 1932, George Blaisdell mendirikan Zippo Manufacturing Company di Pennsylvania dan awal 1933 mulai memproduksi pemantik.

Nama Zippo dipilih Blaisdell karena dia menyukai kata “zipper” dan Zippo dianggap punya kesan modern. Akhirnya pada 1936, nama Zippo mendapatkan hak paten.

Pemantik Zippo mulai populer ketika banyak dipakai oleh para tentara AS dalam Perang Dunia II. Awalnya pemantik ini terbuat dari tembaga, tetapi ketika perang bahan bakunya berganti menjadi baja agar lebih kuat. Bahan ini masih dipakai sampai sekarang.

Ketika Perang Vietnam, pemantik Zippo lagi-lagi terangkat pamornya. Meski tidak resmi, ada kebiasaan di kalangan prajurit AS untuk mengukir Zippo mereka dengan moto pribadi. Sekarang Zippo jenis itu menjadi buruan para kolektor.

Sejak 1933 hingga akhir tahun lalu, pemantik Zippo sudah diproduksi sebanyak 500 juta unit. Untuk memperingati produksi ke 500 juta, Zippo merilis pemantik eksklusif yang hanya dibuat sebanyak seribu unit. Tentu saja produk ini menjadi target para kolektor.

Pemantik Zippo memiliki ciri khas yaitu pemberian kode tertentu. Pada 1950-an, kode yang digunakan adalah titik yang kemudian berubah menjadi garis vertikal pada 1966-1973. Selama periode 1974-1981, kode diubah menjadi garis miring, dan pada 1982-1986 kembali berubah menjadi garis miring terbalik (backslash).

Setelah 1986, kode untuk pemantik Zippo diubah menjadi mewakili bulan dan tahun pembuatan. Di sebelah kiri terukir huruf dari A sampai L, yang mewakili bulan pembuatan. Sedangkan di kanan terukir angka Romawi yang mewakili tahun pembuatan dengan 1986 sebagai awalan berkode II. Misalnya, sebuah pemantik berkode B V berarti dibuat pada Februari 1989.

Pada 2001 sistem kode Zippo kembali diubah meski tetap mewakili bulan dan tahun pembuatan. Contohnya, pemantik berkode D 04 artinya diproduksi pada April 2004.

Menurut Subhan Toba, pemilik toko Zippo Nyenius, pematik asal AS ini mulai dikenal di Indonesia pada era 1980-an. Ada beberapa hal yang membuat Zippo memiliki basis penggemar di Tanah Air.

Pertama, pemberian garansi seumur hidup tanpa karat. “Kalau sampai ada karat, walau sudah tidak ada boks, tidak ada kuitansi, tetap bergaransi. Istilahnya, batangan pun masih bergaransi,” tegas Subhan, yang pernah menjadi ketua komunitas penggemar Zippo Indonesia, ID-Zippo.

Kedua, bahannya yang tahan lama. “Di bagian luar biasanya dari bahan kuningan, dan di dalamnya baja press,” ujar Subhan.

Ketiga, dan yang paling terkenal, adalah fitur tahan angin. Ini paling berguna, karena memang sulit menyalakan pemantik api di tengah terpaan angin.


(hds/DES)

Hide Ads