Orang Jepang: Daripada Parfum, Lebih Baik Pewangi Baju

Jepang Dikepung \'Polusi \' Wangi (3)

Orang Jepang: Daripada Parfum, Lebih Baik Pewangi Baju

- detikFinance
Senin, 16 Des 2013 14:15 WIB
Foto: weheartit.com
Jakarta - Kantor Urusan Konsumen Nasional di Jepang mencatat semakin banyak saja orang yang mengeluhkan wewangian yang bikin sesak nafas. Tak hanya laporan, banyak juga yang akhirnya berobat ke klinik atau rumah sakit.

Sebuah klinik di Sapporo mengaku telah menerima sejumlah pasien dengan sindrom Sick Building maupun yang alergi atau sensitif pada bahan kimia. Pasien-pasien itu menyalahkan pewangi buatan yang tercium di kereta bawah tanah atau bus umum, juga dari rumah-rumah tetangganya.

Gejala yang umum adalah mual, pusing, dan kelelahan mendadak. Watanabe Kazuhiko, direktur di klinik itu, mengaku kaget pada tren itu. “Beberapa tahun lalu tak ada yang seperti ini,” katanya, pada pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi apa kata perusahaan pembuat pewangi? Kalau ditanya, perusahaan pembuat pewangi itu menyatakan mereka hanya mengikuti tren di tengah masyarakat, dengan melihat pertumbuhan penjualan yang mencapai 1,4 kali.

Kao misalnya, meriset bahwa tiap rumah tangga setidaknya memakai dua macam produk pewangi pakaian. Alasannya, konsumen biasanya suka mengganti pewangi pakaian berdasarkan mood atau apa yang mereka cuci.

Di beberapa rumah tangga, tiap anggota keluarga bahkan punya selera wanginya sendiri. Contohnya di rumah Yoriko Hashimoto, di Tokyo. Perempuan 47 tahun itu bilang putrinya lebih suka wewangian bunga. Sedangkan sang suami suka aroma sabun.

“Saya sendiri lebih suka aroma sitrus segar, tergantung mood,” katanya.

Walhasil, perusahaan-perusahaan itu pun ramai-ramai mengiklankan produk yang wanginya tahan lama. Ada juga perusahaan yang menyatakan, kalau mau tambah wangi, pengguna bisa menambah konsentrasi pewangi di air.

Diduga, makin maraknya penggunaan pewangi pakaian ini ada hubungannya dengan soal bau badan. Alih-alih memakai parfum, orang Jepang lebih memilih wewangian yang bernuansa alam dan mengingatkan mereka akan aroma bumi.

“Wangi pohon dan dedaunan membuat saya gembira dan merasakan kealamian bumi,” kata astronot Naoko Yamazaki, sesaat setelah kembali dari penerbangan ke Stasiun Ruang Angkasa tahun 2010.

Sekitar tahun 2000, pasar parfum dan pewangi di Jepang hampir berimbang. Tapi saat ini pasar pewangi sudah dua kali pasar parfum. Perusahaan pewangi memprediksi pada akhir 2013 ini pasar pewangi akan mencapai 100 miliar Yen.

Sejumlah perusahaan kosmetik di Jepang membenarkan rendahnya pasar parfum. Menurut mereka, rata-rata revenue dari parfum hanya 8 persen di Jepang.


(DES/DES)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads