Garage Grill, nama restoran itu, berdiri di sebuah pusat perbelanjaan kelas atas di Teheran. Pelanggan-pelanggannya adalah orang-orang muda Iran, dengan dompet rancangan desainer khusus dan mobil mewah Eropa.
Ini wajah lain Iran, negerinya Ayatollah Khomeini, yang antipati pada segala macam bentuk budaya kebarat-baratan, terutama Amerika. Mereka menyebutnya “Westoxification”. Tapi restoran burger, menu khas barat itu, ternyata tak ikut ditolak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Burger itu sangat sederhana, sangat mudah disajikan,” kata Payam Kashani-Nejad, pendiri Gumboo Guide, sebuah website yang khusus membicarakan restoran-restoran di Teheran. “Dan itu adalah pasar yang besar.”
Bahkan di Korea Utara, negeri komunis yang menutup diri dari dunia luar, burger sudah merasuk. Sejak 2012 lalu makanan barat seperti burger dan roti lapis sudah menjadi makanan favorit masyarakat negeri itu, meski dengan sajian yang disesuaikan dengan tradisi lokal.
Mengapa publik Iran dan Korea Utara tak menolak makanan tradisi Amerika itu? Simak Laporan Khusus detikFinance edisi hari ini.
(DES/DES)











































