Pengaturan dan pengawasan transportasi publik di Singapura berada di bawah otoritas tunggal bernama Land Transport Authority (LTA). LTA mengatur transportasi moda transportasi taksi, bus, monorel, mass rapid transit (MRT) termasuk juga kendaraan pribadi.
Di bawah LTA, moda transportasi dengan mudah diatur dan diawasi. Bahkan bisa saling terkoneksi dengan baik antara rute dan sistem tiket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini tentunya menjadi tantangan saat pengoperasian MRT Jakarta pada semester I-2018. Menurutnya karena moda transportasi di Jakarta dikelola oleh berbagai badan berbeda. hal ini menjadi tantangan untuk menyatukan rute dan sistem tiket dengan moda transportasi yang ada.
"Kalau kita susah karena tidak berada di bawah 1 otoritas," jelasnya.
Di Singapura, ketika masyarakat menggunakan MRT saat keluar dari stasiun bawah tanah (underground) atau layang (elaveted), penumpang bisa langsung masuk atau naik transportasi penghubung seperti bus, monorel hingga taksi menuju tempat tujuan.
Penumpang bisa menggunakan satu tiket elektronik atau membayar tunai. Meski diatur dan diawasi oleh LTA, operasional moda transportasi di Singapura dikelola atau diserahkan sepenuhnya kepada swasta.
Untuk MRT dikelola oleh 2 operator yakni SMRT Corporation dan SBS Transit. Operator ini juga mengelola taksi dan bus. Ketika layanan yang diberikan di bawah standar, LTA bakal menjatuhkan sanksi kepada operator transportasi.
"Kalau jelek, LTA kasih phinalty ke operator karena dia memperoleh pendapatan," kata Executive Land Transport Gallery Jason Tang.
Jason menjelaskan sejak beroperasi 1987, LTA terus mengembangkan MRT hingga saat ini. LTA sendiri bertindak membangun proyek MRT. Setelah selesai baru diserahkan untuk dikelola oleh operator.
Dari pantauan detikFinance di sepanjang jalan-jalan Singapura, terdapat proyek MRT yang dibangun di sebelah gedung hingga di tengah jalanan. Proyek ini merupakan jalur ke-11 dan ke-12. Menurutnya, dari parlemen hingga masyarakat Singapura sangat mendukung proyek transportasi modern ini.
"Masyarakat dan parlemen mendukung MRT," sebutnya.
Masyarakat Singapura lebih pilih menggunakan moda transportasi publik seperti MRT untuk aktivitas keseharian karena saking nyaman dan saling terkoneksinya. Hal ini diakui oleh salah satu warga Singapura yang bernama Nora.
"Orang Singapura kerja kantoran dan pemerintah jam 09.00-18.00. Kita lalu lintasnya di bawah tanah (MRT)," kata Nora.
(feb/ang)











































