Di Bawah Vietnam, Infrastruktur RI Peringkat ke-6 di ASEAN

Di Bawah Vietnam, Infrastruktur RI Peringkat ke-6 di ASEAN

- detikFinance
Jumat, 14 Mar 2014 14:20 WIB
Denpasar - Kondisi infrastruktur di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina bahkan Vietnam di 2012 lalu. Bahkan secara global, peringkatnya juga terus turun bila dibandingkan periode 2007 lalu.

Ketua Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Arryanto Sagala mengatakan, peringkat infrastruktur Indonesia di antara negara-negara ASEAN berada ururan ke-6.

Dari data World Bank tahun 2012 yang disebutkan Arryanto, Indonesia berada di bawah Vietnam (5), Filipina (4), Thailand (3), Malaysia (2) dan Singapura (1).

"Secara global, kita di peringkat ke-85 dari 155 negara, Singapura peringkat ke-2, Malaysia ke-27," kata Arryanto di acara Workshop Pendalaman Kebijakan Industri di Ramada Hotel, Kuta Bali, Jumat (14/3/2014).

Dalam data The Logistics Performance Index and Its Indicators, World Bank tersebut Vietnam berada di peringkat ke-72, Filipina ke-62 dan Thailand ke-44 dalam soal infrastruktur.

Dalam hal logistik yang mencakup sisi kepelabuhan, infrastruktur, kualitas logistik dan kompetensi, tracking and tracing, timeliness, dan custom, Indonesia sendiri berada di peringkat ke-59 dari 155 negara yang disurvei.

"Untuk kawasan ASEAN, peringkat Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam," tambahnya.

Arryanto mengatakan, persoalan infrastruktur ini adalah persoalan yang mendasar. Sayangnya, dalam hal anggaran infrastruktur saat ini masih banyak berpusat di Pulau Jawa. Belum ada pemerataan pembangunan infrastruktur yang signifikan di luar Jawa.

"Di kebijakan itu bicara go to east (Indonesia Timur), tapi anggaran itu lebih banyak ke pulau Jawa," katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Imam Haryono mengungkapkan, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, infrastruktur di Indonesia ini justru seolah mengalami kemunduran.

"Kalau di negara lain terbalik, yang dulu ditempuh 3 jam, sekarang 1 jam. Misalnya satu kereta itu ditempuh 3 menit, berapa stasiun 20 stasiun itu 60 menit. Kalau di luar negeri itu semakin efisien," katanya.

Ia berharap, subsidi energi yang mencapai Rp 300 triliun lebih, searuhnya bisa dialihkan untuk pemerataan infrastruktur. "Kalau berani, separuh saja dari subsidi digunakan untuk infrastruktur itu lebih cepat," katanya.

Sebagai pembanding, berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) 2007 lalu, Indonesia berada di peringkat ke-43 relatif lebih baik dari posisi 2012. Singapura menjadi yang terbaik dalam logistik perdagangan dan transportasi yang disurvei Bank Dunia.

(zul/hen)

Hide Ads