Ini yang Bakal Terjadi Perang Dingin Meletus

Gara-Gara Bara di Crimea (5)

Ini yang Bakal Terjadi Perang Dingin Meletus

- detikFinance
Rabu, 02 Apr 2014 17:33 WIB
Ini yang Bakal Terjadi Perang Dingin Meletus
Foto-Foto: Reuters
Jakarta - Situasi dunia menghangat akibat konflik di Ukraina. Konflik ini berbuntut panjang, dan melibatkan Rusia. Negeri Beruang Merah menancapkan pengaruhnya di Crimea, salah satu wilayah Ukraina. Setelah referendum, Crimea diklaim menjadi bagian dari Federasi Rusia.

Kebijakan Rusia di Crimea menyulut emosi pemimpin-pemimpin dunia. Sanksi telah dijatuhkan kepada Rusia, di antaranya dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun Kremlin sepertinya santai saja menghadapi keroyokan AS dan sekutunya.

Ngototnya AS plus sekutunya serta bergemingnya Rusia memunculkan pertanyaan. Apakah ini awal dari Perang Dingin yang baru? Memang ini bisa diperdebatkan, tetapi sebagian pihak sudah memperkirakan apa yang bisa terjadi jika Perang Dingin antara Barat lawan Timur benar-benar berlangsung.

Berikut adalah beberapa dampak dari Perang Dingin seperti dikutip dari The Wall Street Journal:



Foto-Foto: Reuters

Ekonomi Eropa akan Memburuk

Foto-Foto: Reuters
Eropa masih bergulat untuk pulih dari krisis yang berlangsung sejak 2010. Jika Rusia benar-benar dikucilkan, maka perekonomian Eropa bukannya membaik tetapi malah terpuruk.
Β 
Rusia masih merupakan kekuatan ekonomi besar, menempati peringkat 8 dunia. Perdagangan Rusia dengan negara-negara Uni Eropa juga terus meningkat dari US$ 90 miliar pada 1 dekade lalu, kini menjadi US$ 335 miliar. Jika ada sanksi kepada Rusia, angka ini yang bakal terpengaruh dan dampaknya akan negatif terhadap perekonomian di Eropa.

Ekonomi Eropa akan Memburuk

Foto-Foto: Reuters
Eropa masih bergulat untuk pulih dari krisis yang berlangsung sejak 2010. Jika Rusia benar-benar dikucilkan, maka perekonomian Eropa bukannya membaik tetapi malah terpuruk.
Β 
Rusia masih merupakan kekuatan ekonomi besar, menempati peringkat 8 dunia. Perdagangan Rusia dengan negara-negara Uni Eropa juga terus meningkat dari US$ 90 miliar pada 1 dekade lalu, kini menjadi US$ 335 miliar. Jika ada sanksi kepada Rusia, angka ini yang bakal terpengaruh dan dampaknya akan negatif terhadap perekonomian di Eropa.

Harga Energi akan Naik

Foto-Foto: Reuters
Eropa sangat tergantung dari pasokan minyak dan gas Rusia. Kira-kira 40 persen pasokan gas di Jerman dan 50 persen di Austria berasal dari Negeri Beruang Merah. Jika Rusia benar-benar dijatuhi sanksi, pasokan energi akan terhambat dan harga bakal melambung tinggi.

Harga Energi akan Naik

Foto-Foto: Reuters
Eropa sangat tergantung dari pasokan minyak dan gas Rusia. Kira-kira 40 persen pasokan gas di Jerman dan 50 persen di Austria berasal dari Negeri Beruang Merah. Jika Rusia benar-benar dijatuhi sanksi, pasokan energi akan terhambat dan harga bakal melambung tinggi.

Ekonomi Rusia akan Melambat

Foto-Foto: Reuters
Selama pemerintahan Presiden Vladimir Putin, bisa dikatakan tidak ada perubahan signifikan karena perekonomian Rusia masih mengandalkan sumber daya alam. Jika sampai ada sanksi, maka investor asing akan enggan menanamkan modal di Rusia.

Ekonomi Rusia akan Melambat

Foto-Foto: Reuters
Selama pemerintahan Presiden Vladimir Putin, bisa dikatakan tidak ada perubahan signifikan karena perekonomian Rusia masih mengandalkan sumber daya alam. Jika sampai ada sanksi, maka investor asing akan enggan menanamkan modal di Rusia.

Anggaran Pertahanan akan Naik

Foto-Foto: Reuters
Sejak berakhirnya Perang Dingin pada 1991, negara-negara Barat terus mengurangi anggaran pertahanan. Inggris, misalnya, ketika Tembok Berlin runtuh memiliki belanja pertahahan yang mencapai 4 persen dari produk domestik bruto (PDB). Kini, belanja pertahanan Inggris turun menjadi kurang dari 3 persen PDB.
Β 
Jika kebijakan agresi Rusia merasa perlu ditanggulangi, maka kenaikan anggaran pertahanan sulit dihindari. Ini bisa menjadi angin segar bagi industri strategis, tetapi masalahnya jika belanja pertahanan terlalu jor-joran bisa saja anggaran negara kedodoran.

Anggaran Pertahanan akan Naik

Foto-Foto: Reuters
Sejak berakhirnya Perang Dingin pada 1991, negara-negara Barat terus mengurangi anggaran pertahanan. Inggris, misalnya, ketika Tembok Berlin runtuh memiliki belanja pertahahan yang mencapai 4 persen dari produk domestik bruto (PDB). Kini, belanja pertahanan Inggris turun menjadi kurang dari 3 persen PDB.
Β 
Jika kebijakan agresi Rusia merasa perlu ditanggulangi, maka kenaikan anggaran pertahanan sulit dihindari. Ini bisa menjadi angin segar bagi industri strategis, tetapi masalahnya jika belanja pertahanan terlalu jor-joran bisa saja anggaran negara kedodoran.

Kebijakan Quantitative Easing akan Dilanjutkan

Foto-Foto: Reuters
Dalam beberapa tahun ini, bank sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) menerapkan kebijakan stimulus yang sering disebut quantitative easing. Kebijakan ini sedang dikurangi seiring membaiknya perekonomian AS.
Β 
Namun sejak krisis di Kriema mulai berekskalasi, investor di surat berharga AS ikut berkurang. Memang tidak ada yang tahu, tetapi ada spekulasi bahwa uang orang-orang Rusia telah meninggalkan AS. Oleh karena itu, The Fed bisa saja terus menjalankan program stimulus agar aliran dana tetap masuk ke Negeri Paman Sam.

Kebijakan Quantitative Easing akan Dilanjutkan

Foto-Foto: Reuters
Dalam beberapa tahun ini, bank sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) menerapkan kebijakan stimulus yang sering disebut quantitative easing. Kebijakan ini sedang dikurangi seiring membaiknya perekonomian AS.
Β 
Namun sejak krisis di Kriema mulai berekskalasi, investor di surat berharga AS ikut berkurang. Memang tidak ada yang tahu, tetapi ada spekulasi bahwa uang orang-orang Rusia telah meninggalkan AS. Oleh karena itu, The Fed bisa saja terus menjalankan program stimulus agar aliran dana tetap masuk ke Negeri Paman Sam.

Negara-Negara Strategis akan Mendapat Bantuan

Foto-Foto: Reuters
Sejumlah negara dengan peranan strategis kini tengah dirundung masalah. Seperti Yunani, yang menguasai pelabuhan di Mediterania, masih berusaha pulih dari krisis fiskal. Demikian pula Mesir, penguasa Terusan Suez, yang masih berkutat dengan pembenahan pemerintahan pasca tergulingnya Presiden Mohammed Morsi.
Β 
Yunani dan Mesir tersebut punya posisi strategis di percaturan ekonomi global. Jika Perang Dingin baru sampai meletus, maka dipastikan akan ada bantuan bagi negara-negara tersebut untuk menancapkan pengaruh masing-masing kubu.

Negara-Negara Strategis akan Mendapat Bantuan

Foto-Foto: Reuters
Sejumlah negara dengan peranan strategis kini tengah dirundung masalah. Seperti Yunani, yang menguasai pelabuhan di Mediterania, masih berusaha pulih dari krisis fiskal. Demikian pula Mesir, penguasa Terusan Suez, yang masih berkutat dengan pembenahan pemerintahan pasca tergulingnya Presiden Mohammed Morsi.
Β 
Yunani dan Mesir tersebut punya posisi strategis di percaturan ekonomi global. Jika Perang Dingin baru sampai meletus, maka dipastikan akan ada bantuan bagi negara-negara tersebut untuk menancapkan pengaruh masing-masing kubu.
Halaman 2 dari 14
(hds/DES)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads