Mari kita lihat ke belakang sejenak. Minibar pertama yang ada di dunia diluncurkan pada tahun 1974 di Hong Kong oleh Hotel Hilton. Saat itu, minibar pertama berisi minuman keras dan makanan ringan yang disimpan di kulkas dan lemari kabinet di seluruh kamar hotelnya yang berjumlah 840.
Namanya juga ide baru, tak lama setelah diterapkan penjualan makanan langsung melonjak 6 kali lipat dan menyumbang pertumbuhan 5% omzetnya di tahun yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal serupa juga dilakukan oleh raksasa lain di industri yang sama, seperti Grand Hyatt, Starwood, dan Marriott. Sepertinya minibar sudah tidak menarik lagi bagi para tamu hotel.
Baru-baru ini TripAdvisor menggelar survei mengenai hal-hal yang paling diinginkan tamu ketika menginap di hotel. Hasilnya hanya 21% responden yang menyatakan makanan dan minuman ringan di kamar itu penting. Urutan teratas, yaitu 89% dari tamu menginginkan adanya koneksi internet gratis via Wi-Fi.
Sementara hasil survei PKF Hospitality Research membeberkan, sekarang ini minibar hanya mewakili 1% dari total omzet hotel. Sudah porsinya kecil, penjualan minibar juga anjlok 28% dari rentang 2007-2012.
Direktur Riset Informasi dan Jasa PKF Hospitality Research, Robert Mandelbaum, mengatakan para tamu hotel sekarang lebih memilih jajan di minimarket yang berada di seputaran hotel ketimbang harus menyantap makanan dan minuman yang ada di minibar.
Apalagi ditambah dengan minimarket yang sekarang juga menyediakan makanan cepat saji, maka omzet restoran yang ada di hotel juga jadi turun drastis.
Fenomena makanan cepat saji yang praktis untuk dibawa pergi ini sudah muncul sejak lama. Apalagi dengan para generasi 'millennial' yang jarang berdiam diri di kamar hotel dan lebih suka jalan-jalan ke luar sambil melihat-lihat kota setempat.
Selain itu, coba bandingan harga jual makanan dan minuman di minibar dengan di minimarket, misalnya 7-Eleven, pasti jauh berbeda. Contohnya minuman kaleng yang biasa dijual dengan harga Rp 8.000 di minimarket bisa jadi harganya melambung ke Rp 25.000 di minibar hotel.
Ini yang membuat para tamu hotel akhirnya memilih pergi ke keluar hotel untuk membeli makanan ringan. Itulah mengapa banyak hotel akhirnya menghilangkan layanan minibar di kamarnya.
Simon Dell, Direktur Operasi ONYX Hospitality Group di Thailand, sepakat akan hal ini. Menurutnya, dengan menghilangkan layanan minibar maka hotel juga sebenarnya sudah memangkas biaya operasional.
"Ketika kami memutuskan tidak ada lagi layanan minibar, ada banyak penghematan yang bisa dilakukan terutama oleh bagian housekeeping. Jadi bisa menghemat jam kerja dan pekerjaan karyawan, sehingga ujung-ujungnya menghemat biaya, jadi harga kamar bisa disesuaikan juga," katanya seperti dikutip CNN, Kamis (10/4/2014).
Nah, biasanya biaya yang sudah dihemat ini diarahkan ke hal lain, salah satunya adalah akses internet gratis. Hal-hal seperti ini adalah permintaan yang muncul seiring perkembangan zaman.
"Koneksi internet ini sekarang sangat penting, seperti pentingnya ada telepon di hotel 20 tahun lalu," ujarnya.
(ang/ang)











































