Gaji menteri ini kalah jauh jika dibandingkan gaji direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut Pengamat BUMN sekaligus mantan Sekretaris Kementerian BUMN, M Said Didu, ada alasan tersendiri gaji bos perusahaan pelat merah harus tinggi.
"Gaji bos BUMN dilihat dari berbagai variabel termasuk aset yang dikelola, kemudian dibandingkan dengan gaji swasta di sektornya. Nanti diperhitungkan juga risiko di industrinya," katanya kepada detikFinance, Selasa (20/5/2014).
Menurut Said, salah satu industri di BUMN yang bosnya bergaji tinggi adalah di sektor perbankan dan migas. Said mengatakan, gaji direksi di BUMN tersebut tinggi karena risiko dan persaingannya cukup tinggi.
"Kalau (gajinya) rendah, semua orang bagus akan keluar diambil swasta," ujarnya.
Namun demikian, kata Said, meski gaji bos BUMN lebih tinggi dari menteri tapi ternyata masih lebih kecil ketimbang BUMN milik negara lain di industri yang sama.
"Gaji Pertamina sekarang masih sepertiga dari Petronas. Rata-rata gaji BUMN ini sekarang masih rendah dibandingkan gaji swasta setara," ujarnya.
Tak hanya gaji bos BUMN yang rendah, Said menilai gaji menteri di Indonesia juga masih rendah dibandingkan menteri di negara lain. Maka dari itu ia mengusulkan gaji menteri dinaikkan saja.
(ang/ang)