Mereka adalah Asosiasi Pengguna Jasa di Pelabuhan Tanjung Priok yaitu Indonesian National Shipowners' Association (INSA), Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), dan Dewan Pelabuhan Tanjung Priok
Saat ini besaran THC di Priok sebesar US$95 per kontainer. Struktur biaya tersebut meliputi CHC sebesar US$83, PPN senilai US$8,3 dan surcharges US$3,7 untuk setiap kontainernya. Sesuai usulan kepada pemerintah, tarif CHC akan disesuaikan menjadi US$93 sedangkan THC menjadi US$110 atau naik 15%.
CHC adalah biaya bongkar muat petikemas dari kapal ke lapangan penumpukan terminal petikemas yang dibayarkan oleh perusahaan pelayaran ke terminal petikemas.
Sedangkan tarif THC dibayar oleh pemilik barang kepada perusahaan pelayaran. Tarif THC meliputi biaya CHC sebesar US$93, PPN US$9,3 dan Surcharge US$7,7. PPN sebesar US$9,3 akan masuk ke kas negara.
Bagi mereka kenaikan tarif tersebut dinilai wajar mengingat kinerja tiga operator utama yaitu JICT, KOJA dan MAL terus meningkat sejalan dengan peningkatan investasi yang dilakukan para operator pelabuhan Priok tersebut.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) ALFI DKI Jakarta Sofian Pane mengatakan usulan penyesuaian tarif CHC di tiga terminal petikemas di Tanjung Priok sudah disosialisasikan kepada para asosiasi pengguna jasa di Tanjung Priok seperti ALFI, GINSI, GPEI dan INSA.
“Dalam berbagai pembicaraan yang telah dilakukan, usulan penyesuaian CHC telah disetujui dan hal ini tentu dengan harapan adanya peningkatan pelayanan guna menunjang daya saing,” kata Sofian, di Jakarta, Jumat (6/6/2014)
Sekretaris Jendral (Sekjen) GINSI Achmad Ridwan mengharapkan pihak pengelola terminal pelabuhan untuk terus melakukan investasi dalam hal penambahan dan peremajaan alat bongkar muat petikemas, baik yang berada di sisi laut maupun darat.
Sebagai bentuk komitmen peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa oleh pengelola terminal petikemas, maka GINSI mengharapkan adanya Service Level Agreement (SLA) mengenai pelayanan penanganan petikemas di terminal.
Achmad menilai bahwa para operator terminal petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, telah berusaha untuk meningkatkan pelayanan, baik dari sisi produktivitas bongkar muat maupun kecepatan pengeluaran petikemas dari pelabuhan.
“GINSI dapat memahami adanya rencana penyesuaian tarif CHC oleh pengelola terminal petikemas. Namun hal ini tentunya harus diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada pengguna jasa,” tuturnya.
Wakil Ketua Umum INSA Asmari Herry mengatakan, INSA memahami penyesuaian tarif CHC selama diikuti dengan peningkatan produktivitas. Sejalan dengan usulan kenaikan CHC maka sudah barang tentu tarif Terminal Handling Charges (THC) juga akan disesuaikan secara proporsional sebagaimana kenaikan CHC.
“Perlu juga dicatat bahwa usulan kenaikan CHC ini juga akan meningkatkan beban biaya akibat unsur PPN yang juga mengalami kenaikan. Sebaiknya unsur PPN atas jasa pelayanan terminal peti kemas internasional ini segera dihapuskan,” tuturnya.
Wakil Ketua GPEI Erwin Taufan menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini akan mendorong arus barang ekspor-impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok akan terus meningkat, oleh karena itu dibutuhkan infrastruktur pelabuhan yang modern dan efisien.
“Bagi kami penyesuaian CHC masih wajar dan bisa dipahami. Selama ini kinerja ketiga operator di Tanjung Priok terus meningkat, baik dari aspek pelayanan maupun kapasitas terminalnya. Kami berharap kenaikan CHC ini akan terus mendorong investasi baru dan peningkatan layanan kepada pelanggan," ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur Jakarta International Container Terminal (JICT) Albert Pang mengungkapkan JICT telah mengalokasikan dana sebesar US$40 juta untuk meningkatkan kinerja JICT pada 2014. Dana ini untuk investasi peralatan dan pembangunan pintu masuk (gate) baru yakni Automatic Gate System (AGS) yang terhubung dengan JORR yang akan dibangun menuju pelabuhan. Keberadaan AGS baru ini akan melengkapi Jakarta Automatic Gate System (JAGS) yang telah dibangun dan dioperasikan oleh JICT sejak tahun 2013.
Sejak tahun 2008, JICT telah menginvestasikan dana lebih dari US$ 151 juta untuk meningkatkan kapasitas terminal dan kualitas layanan kepada pelanggan. Hasilnya terbukti di tahun 2013, JICT mampu menorehkan rekor baru pada produktivitas kapal (Vessel Operation Report) dan produktivitas crane (Gross Crane Rate). Sementara total investasi tiga operator pelabuhan di Tanjung Priok selama 6 tahun terakhir mencapai lebih dari US$ 207 juta.
(hen/hen)