Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengatakan seharusnya harga daging sapi di pasar tradisional sudah turun, karena harga sapi hidup sebulan terakhir sudah turun yang dipicu stok yang sudah berlebih karena impor yang deras.
Joni mengatakan saat ini harga daging sapi bobot hidup hanya Rp 34.000/kg, jika sudah dalam bentuk karkas (tulang dan daging) maka harnya mencapai Rp 68.000/kg. Artinya dengan biaya potong, transportasi dan keuntungan pedagang pengecer seharusnya harga daging sapi jauh di bawah 100.000/kg di pengecer.
"Jadi adanya ongkos, potong, transportasi, keuntungan di lapak, maka harganya harusnya Rp 85.000/kg," kata Joni kepada detikFinance, Kamis (12/6/2014)
Menurut Joni, saat ini para perusahaan penggemukan sapi (feedloter) mengalami kerugian yang cukup dalam karena harga turun. Sedangkan harga yang mereka beli saat terjadi kurs rupiah sedang melemah tajam terhadap dolar, beberapa bulan lalu.
"Jadi harga di feedloter turun karena banyaknya jeroan impor, feedloter rugi karena saat beli dolar di atas Rp 12.000, beli tiga bulan lalu, harga di Australia hampir 3 dolar per kg (hidup)," katanya.
Joni mengatakan para feedloter hanya mendapatkan keuntungan dari proses penggemukan selama 3 bulan ada tambahan bobot sapi setiap ekor mencapai 100 kg/ekor. Biasanya feedloter membeli sapi bakalan dengan bobot hanya 300 kg, lalu digemukan bobotnya menjadi 400 kg.
"Anggota saya mendapatkan keuntungan dari proses penggumakan, masalahnya harga sapi hidup turun, dengan harga beli mahal, tapi jual murah," katanya.
(hen/ang)











































