Hal ini disebabkan stok konsentrat yang mengandung emas dan tembaga sudah menggunung. Konsentrat yang dimiliki Newmont umumnya berbentuk seperti pasir hitam pekat, mayoritas mengandung tembaga.
"Stok jumlah konsentratnya saat ini sudah 93.800 ton, sedangkan kapasitas gudang hanya 90.000 ton," ungkap Manager Procesing and Powerplant PT NNT Ilyas Yamin saat media trip mengunjungi satu per satu area pertambangan Batu Hijau PT NTT, di Kecamatan Sekongkang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, minggu lalu, seperti dikutip, Senin (16/06/2014).
Ilyas menjelaskan, sebelum ada aturan pelarangan ekspor tambang mentah, Newmont rutin mengekspor hasil tambangnya ke beberapa negara tujuan utama seperti Jepang dan Korea. Mengenai produksi konsentrat, pihak Newmont memperkirakan tahun ini produksi mencapai 200.000-300.000 ton. Meningkat dibandingkan pencapaian tahun 2013 lalu yang hanya kurang lebih 250.000 ton.
"Biasanya kita jual dan ekspor salah satunya ke Korea Selatan dan Jepang. Setiap satu ton konsentrat mengandung tembaga 24,7%, emas 6,5 gram/ton, dan perak 43 gram/ton," imbuhnya.
Saat ini yang bisa dilakukan pihak Newmont adalah mengirimkan konsentrat untuk diolah ke salah satu smelter di Jawa Timur yaitu PT Smelting Gresik. Tahun 2014 ini, kontrak pembelian PT Smelting Gresik kepada Newmont sebesar 124.000 ton.
"Dengan adanya pasokan konsentrat di gudang kita bisa penuhi permintaan Smelting Gresik. Kita harapkan kita bisa dapat izin ekspor agar kita bisa kembali beroperasi. Sekarang karyawan yang bekerja hanya 20% karena dirumahkan situasi cukup sepi, kita hanya lakukan pemeliharaan sehingga bisnis-bisnis di sekitar tambang juga cukup sepi. Kerugian juga cukup besar," keluhnya.
Sementara itu, untuk menahan kerugian yang cukup besar, sejak tanggal 5 Juni 2014 seluruh kegiatan operasional Newmont ditutup. Salah satu pabrik yang tidak dioperasikan saat ini adalah pabrik pengolahan konsentrat emas dan tembaga. Pabrik yang dibangun senilai US$ 1,5 miliar atau setara Rp 15 triliun ini bahkan sudah menutup kegiatan lebih dulu sejak 1 Juni 2014.
"Kita ada di pabrik pengolahan konsentrat PT NTT atau disebut consentrator. Ini adalah mesin penggilingan yaitu untuk menggerus dan memecahkan batuan sampai ukuran 250 mikron menjadi konsentrat (emas dan tembaga). Kita konsentrasikan kandungan tembaga dari area tambang," tambah Ilyas.
Ilyas menjelaskan, pemprosesan konsentrat dengan nilai jual 95% dari batu tambang perlu proses yang cukup panjang yaitu 6-7 jam. Batuan tambang dikirim menggunakan alat yang dinamakan conveyor.
Perhitungannya setiap 1 ton batu tambang mengandung tembaga 0,3%. Lalu setelah melalui proses penggilingan kadar tembaga meningkat menjadi 23-27%. Sedangkan untuk emas kadar di setiap 1 ton batuan adalah sebesar 0,07 gram/ton hingga 0,1 gram/ton. Setelah dikonsentrasikan kadar konsentrat emas meningkat antara 5-10 gram/ton.
"Kapasitas bahan baku berupa batu tambang rata-rata per hari normalnya 110.000-120.000 ton batu yang digiling. Produksi 1.000-1.500 ton/hari konsentrat yang dihasilkan. Memisahkan tembaga dan emas butuh proses smelter," tuturnya.
Pabrik ini setidaknya mempunyai 8 mesin utama antara lain terdiri dari 2 mesin sagmill dan 4 mesin bowmill. Setiap hari pabrik ini memerlukan listrik 96 MW dan 13.000 meter kubik air per jamnya dengan keterlibatan tenaga kerja hingga mencapai 1.000 orang.
"Sekarang kondisinya sudah mati atau tidak beroperasi. Di sini setiap hari ada karyawan Newmont yang bekerja sebanyak 700 orang, dan kontraktor sebanyak 300 orang. Dengan tutup operasi, sekarang yang masuk kerja hanya 34 orang terdiri dari 5 orang operator, sisanya maintanance dan listrik hanya 2,5 MW. Setiap hari kita hanya panasin mesin, siapin oli. Agar kalau kita dapat izin ekspor bisa beroperasi dengan cepat. Tetapi butuh waktu 2-6 minggu untuk masa start," jelasnya.
(wij/ang)











































