Ada 'Bambu Keberuntungan', Sekarang Petani Bunga Lebih Makmur

Ada 'Bambu Keberuntungan', Sekarang Petani Bunga Lebih Makmur

- detikFinance
Kamis, 24 Jul 2014 15:17 WIB
Jakarta - Ekspor pertanian Indonesia tidak selalu buah dan produk perkebunan, tapi yang sedang marak saat ini adalah permintaan produk bunga untuk pasar ekspor ke Timur Tengah. Salah satunya lucky bamboo yang diminati pasar ekspor di berbagai negara.

"Permintaan bunga dari Indonesia sangat tinggi saat ini, khususnya dari Timur Tengah dan Eropa," ujar Menteri Pertanian (Mentan) Suswono ditemui di Pasar Promosi Produk Pertanian Segar dan Olahan Nusantara, di Gedung Eks RS Pasar Minggu, Kamis (24/7/2014).

Suswono mengatakan, keuntungan ekspor bunga juga cukup besar sehingga meningkatkan kesejahteraan petani bunga. "Petani bunga sekarang itu lebih makmur," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa jenis bunga yang diekspor mulai dari bunga krisan kuning, bunga melati, lucky bamboo dan banyak lagi, sangat diminati banyak negara.

"Seperti Lucky bamboo sekarang ini akan diekspor ke Malaysia, Saudi Arabia, Belanda, Turki hingga Azerbaijan," tutupnya.

Lucky Bamboo atau bambu keberuntungan merupakan spesies dracaena dari Afrika barat. Tanaman bambu keberuntungan paling tinggi kurang dari 1 meter dengan panjang daun 15-25 cm. Tanaman ini cocok dijadikan tanaman hias, yang ditaruh dalam pot.


Ketua Asosiasi Bunga Potong dan Tanaman Hias Sukabumi, Anas Anis mengakui bahwa adanya permintaan pasar yang tinggi terhadap lucky bamboo membuat pendapatan petani makin membaik.

"Benar (makin sejahtera) dan harus. Ini awalnya karena bunga potong dan daun potong kurang diminati pasar ekspor, membuat kita inovasi, salah satunya lucky bamboo ini, dan peminatnya banyak sekali, sampai kita kewalahan memenuhi permintaan," ucap Anas.

Ia mengatakan harga produk lucky bamboo paling murah Rp 80.000, hingga Rp 600.000 per produk. Sebanyak 90% produk diekspor, sedangkan sisanya 10% untuk pasar domestik.

"Ini kita ekspor sejak 2003 sampai sekarang, permintaan makin banyak salah satunya dari Timur Tengah dan ASEAN, termasuk Jepang dan Eropa," katanya.

(rrd/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads