Di depan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan perwakilan pemda lainnya, ia menuturkan asal-usul MEA yang disepakati sejak 2003 lalu.
"MEA adalah produk yang disiapkan lama. Jangan dianggap ini sebagai produk sekonyong-konyong atau ujug-ujug," ujar CT, sapaan Chairul Tanjung, di Hotel Inna Muara, Padang, Kamis (28/8/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hanya sistem politiknya yang berbeda. Negara-negara tersebut masih memiliki pimpinan dan parlemen masing-masing," katanya.
Meski demikian, bukan berarti MEA akan persis seperti Eropa. CT menyebutkan MEA hanya tertuju pada konteks perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara. Ini pun mempertimbangkan kondisi masing-masing negara yang berbeda.
"Jadi tidak berarti sebebas-bebasnya. Spirit-nya adalah sharing dan caring organization," tegas CT.
Terkait nanti akankah mengarah ke sistem seperti Eropa, CT mengaku belum tahu. Sampai sekarang belum ada kesepakatan ke arah sana.
"Apa itu soal mata uang tunggal, bank sentral tunggal, paspor tunggal, belum ada sama sekali diskusinya," tutur dia.
Lalu apa untungnya MEA bagi Indonesia?
Indonesia, lanjut CT, adalah 40% perekonomian di Asia Tenggara. Artinya, Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar punya potensi untuk berbicara banyak di regional ini.
"Jadi tidak perlu ada ketakutan. Asal dibenahi dengan benar, potensinya ada dan tinggal memaksimalkan," ucapnya.
(mkl/hds)











































