PT Perikanan Nusantara (Persero) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1998 dan merupakan hasil penggabungan dari empat BUMN yang bergerak di bidang perikanan, yaitu PT Usaha Mina (Persero), PT Perikani (Persero), PT Tirta Raya Mina (Persero), dan PT Perikanan Samodra Besar (Persero).
"Ketika saya diangkat jadi menteri BUMN, di tengah jalan saya malu. Indonesia yang lautnya luas kok perikanannya nggak maju. Ternyata ada Perinus, gabungan dari yang banyak tadi, saya tengok kantornya jelek sekali, direksinya tua sekali, laporan utangnya banyak. Praktis perusahaan itu sudah mati," kata Dahlan saat meresmikan Pabrik Es di Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Jumat (29/8/2014)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia janji dengan sungguh-sungguh menghidupkan, cari jalan, utang dilunasi, saya tidak mengizinkan seluruh perusahaan negara minta dana pemerintah. Kalau harus mati, mati saja, jangan ganggu pemerintah," katanya.
Perlahan tapi pasti, kini Perikan Nusantara sudah kembali bangkit. Beberapa tahapan untuk mengembangkan perikanan, dimulai dari kawasan Timur Indonesia. Beberapa sentra perikanan seperti Bitung, Ambon, Beno, Sorong menjadi pusat perikanan.
"Sekarang di bawah beliau perusahaan itu sudah hidup, karyawan 200 orang lebih, saya tengok lagi, itu banyak kapal baru di gudang dia, kapal 13 kapal ikan, masih baru," katanya.
Dahlan menambahkan meminta Perikanan Nusantara mengembangkan wilayah perikanan di Bacan. Bacan ditargetkan sebagai sentra produksi ikan di Timur Indonesia. Pada hari ini Dahlan juga menyiapkan infrastruktur yaitu pabrik es baru skala kecil di Bacan.
"Listriknya dari mana ini, pasti mahal ini, kalau mahal es-nya mahal, saya nanti akan diskusi dengan teman PLN," katanya.
"Saya ingin bercerita sedikit bahwa 2007-2011 ini memang kita ingin menginvertarisir banyaknya masalah. Sebetulnya mayat yang belum dikubur," kata Abdussalam.
(hen/hds)