Cerita Bos KRL Jabodetabek Soal Alasan Beli Kereta Bekas Jepang

Cerita Bos KRL Jabodetabek Soal Alasan Beli Kereta Bekas Jepang

- detikFinance
Selasa, 09 Sep 2014 12:27 WIB
Jakarta -

Sampai saat ini, PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), menggunakan kereta bekas dari Jepang untuk sarana transportasi kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek. Kenapa?

Direktur Utama KCJ Tri Handoyo mengatakan, pihaknya sudah membeli 500 gerbong kereta bekas dari Jepang. Di tahun ini yang akan datang 176 gerbong. "Tapi sudah ada 72 gerbong yang tiba," ujar Tri kepada detikFinance di Stasiun Gambir, Senin (8/9/2014).

Tri menjelaskan, tarif KRL Jabodetabek yang murah jadi alasan kenapa KCJ membeli kereta bekas Jepang. Selain harganya murah, spesifikasi kereta dari Jepang sama dengan rel yang ada di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bayangkan kita dari Bogor ke Jakarta 60 kilometer tarifnya Rp 5.000. Kereta bandara Kuala Namu-Medan yang jaraknya setengahnya, tarifnya Rp 80 ribu. Memang keretanya bagus, tapi tarifnya juga lebih tinggi," jelas Tri.

Selain itu, kereta bekas dari Jepang bukan barang rongsokan yang teronggok di gudang.

"Barangnya masih layak jalan, bukan barang teronggok. Jadi, saat kereta ini berhenti beroperasi di Jepang, langsung dibawa ke Indonesia. Di sana (Jepang) masa amortisasi 20 tahun. Tapi untuk kereta, bisa saja umurnya tua, namun dalamnya masih bagus. Jepang itu mengganti kereta biasanya karena mau mengganti teknologinya, yang lebih hemat listrik dan mengurangi emisi misalnya," papar Tri bercerita.

Selain itu, tidak hanya Indonesia yang menggunakan kereta bekas ini. Operator-operator kereta berskala kecil di Jepang juga kerap membeli kereta ini. "Jadi kita berebutan juga membeli kereta ini. Tak hanya Indonesia, Vietnam dan Filipina juga menggunakan kereta bekas ini," lanjut Tri.

Berapa harganya? Tri mengatakan, harga satu gerbong kereta bekas dari Jepang ini adalah Rp 1 miliar. "Kontrak pembelian ditandatangani saat keretanya masih berjalan di Jepang," imbuh Tri.

Jumlah gerbong yang dioperasikan untuk KRL Jabodetabek saat ini adalah 600 gerbong.

Tri mengatakan, saat ini jumlah rata-rata penumpang KR Jabodetabek per hari adalah 600 ribu. Naik 2 kali lipat dari jumlah di 2008 lalu. Pernah, jumlah penumpang per hari KRL Jabodetabek adalah 700 ribu orang.

"Untuk Sabtu jumleh penumpang biasanya 500 ribu orang, dan Minggu 400 ribu orang. KRL juga sekarang jadi tujuan wisata, karena banyak orang yang mencoba naik KRL hingga Bogor dan balik lagi," jelas Tri.

Setiap harinya, jumlah perjalanan KRL Jabodetabek mencapai 670 perjalanan. Tri mengatakan, bila jalur ganda kereta di kawasan Maja Banten terealisasi, dan ada jalur hingga Rangkas Bitung, maka jumlah penumpang KRL bakal makin bertambah.

"Karena jalan darat ke Rangkas tidak sebaik ke Bogor. Jadi ketergantungan terhadap KRL akan tinggi. Target kami di 2019 ada 1,2 juta penumpang KRL per hari," jelas Tri.

Apa yang menjadi kendala Tri dalam pengoperasian KRL Jabodetabek? Dia mengatakan, masalahnya adalah suku cadang kereta bekas ini. Karena seringkali suku cadang tidak diproduksi.

(dnl/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads