Wakil Presiden Boediono mengatakan, ada sejumlah formula baku untuk meningkatkan daya tahan negara dari krisis. Formula tersebut antara lain pengambilan kebijakan fiskal yang hati-hati, pengendalian utang di batas yang aman, kebijakan moneter yang responsif, kurs yang fleksibel, dan pengawasan peredaran uang yang efektif.
"Perangkat kebijakan pertahanan krisis ini harus menjadi integral membangun daya saing bangsa," tegas Boediono saat memberi kuliah umum pada pelepasan mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (13/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rasio terhadap PDB total di 2013, utang pemerintah Indonesia berada di level 25,5% hingga Juli 2014. Pada 2000 silam, rasio utang Indonesia terhadap PDB mencapai 89%.
Boediono mengatakan soal pentingnya pertahanan terhadap krisis ekonomi. Menurutnya, krisis ekonomi merusak daya saing bangsa.
"Dalam era globalisasi sekarang, ekonomi nasional bisa ambruk dari terpaan ekonomi yang melanda dunia. Efeknya krisis ekonomi bisa merusak daya saing bangsa," sebut Boediono.
Mengapa daya saing bisa rusak karena krisis ekonomi? Boediono menjawab, krisis ekonomi berpengaruh kepada perlambatan ekonomi, yang disebabkan menurunnya produktivitas seluruh kegiatan produksi. Menurunnya seluruh kegiatan produksi ini yang menyebabkan daya saing melemah.
"Krisis bisa merusak daya saing bangsa karena kemampuan produktif yang mundur," imbuhnya.
(wij/dnl)











































