Ketua Umum Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Adi Surya mengatakan tak bisa dipungkiri produksi ikan asin di dalam negeri masih berkutat soal kualitas. Menurutnya sudah jadi rahasia umum, saat ini produk ikan asin lokal belum bisa terjamin dalam hal standar mutu dan kaidah kesehatan.
"Kita harus siapkan pengusaha ikan asin kita siap, menghadapi MEA, harus dibina dengan baik, masalah kualitasnya sudah menjadi rahasia umum, ada yang pakai pengawet dan cairan serangga untuk mengusir lalat. Ini harus serius dibina," kata Adi kepada detikFinance, Selasa (23/9/2014)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi karena sentra produksi ikan asin banyak, siapa yang bisa jamin sepenuhnya bisa diawasi," katanya.
Adi khawatir jika persoalan kualitas dan standar ini belum bisa diatasi, maka produk ikan asin lokal akan tergilas oleh produk impor. Apalagi negara-negara ASEAN seperti Singapura kerap memasok ikan asin ke Indonesia, belum lagi ada potensi impor dari negara ASEAN lainnya.
"Menghadapi MEA ini masalah penggunaan pengawet, harus dihilangkan, sebab kalau kualitasnya baik, orang nggak perlu impor. Jadi kalau ikan asin produksi Indonesia seperti jambal, teri medan, kalau nggak diawasi bisa terlindas produk impor," katanya.
Padahal menurut Adi, jika produk ikan asin lokal punya mutu yang tinggi dan standar yang baik, maka bisa makin banyak menembus pasar ekspor, terutama di ASEAN. Namun jika kualitas ikan asin lokal tak diperbaiki, justru produk impor akan menyerbu pasar lokal.
"Kalau bisa kita mengisi celah pasar ASEAN, yang pasarnya 600 juta orang," katanya.
Ia juga mengatakan masalah kualitas ikan asin bukan hanya masalah persaingan perdagangan dengan negara lain. Penggunaan zat-zat berbahaya dalam proses produksi ikan asin berdampak bagi masyarakat luas, ikan asin selama ini banyak dikonsumsi kalangan luas di Indonesia.
"Ini yang kita khawatir, ikan asin menjadi konsumsi banyak orang," katanya.
Data Kemendag nilai importasi ikan asin tertinggi terjadi di tahun 2009 lalu dengan nilai impor mencapai US$ 515.752 dan berat 119.380 kg. Setelah itu tercatat impor ikan asin terus mengalami penurunan. Negara asal ikan asin impor dari Singapura, Hong Kong, Inggris, dan Jepang.
Di tahun 2010 impor ikan asin mencapai US$ 138.169 dengan berat 34.531 kg. Lalu berturut-turut tahun 2011 US$ 29.262 dengan berat 5.490 kg, 2012 US$ 29.477 dengan berat 6.715 kg, 2013 US$ 2.372 dengan berat 111 kg. Periode tahun 2014 dari bulan Januari hingga Juli importasi ikan asin sudah mencapai US$ 53.229 dengan berat 1.242 kg.
(hen/hds)