Jika berhasil memperkuat ASDP, kapal ini menjadi 'vacum cleaner' raksasa yang menyedot antrian panjang truk pembawa logistik, bus, hingga kendaraan pribadi. Kapal ini juga tetap beroperasi normal meski cuaca buruk. Waktu tempuh Merak-Bakauheuni yang biasanya sekitar 3 jam juga bisa dipersingkat menjadi 1 jam.
"Ini bisa jadi 'vacum cleaner' besar-besaran. Ukurannya 4 kali lipat dari ferry terbesar yang ada sekarang yang kita beli dari Inggris," kata Dahlan usai rapat kerja di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Jumat (26/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya saat ini JSS belum diputuskan nasibnya dan proses pembangunan membutuhkan waktu tidak sebentar. Alhasil selama belum ada JSS, kapal ferry raksasa ini bisa menjadi solusi mengurai kepadatan pelabuhan yang terus meningkat seiring geliat ekonomi Jawa dan Sumatera. Justru kapal raksasa ini bisa mendukung program 'tol laut' yang diusung presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi).
"Katakanlah nanti ada Jembatan Selat Sunda yang akan jadi 20 tahun lagi. Apakah selama 20 tahun itu kita akan tergantung dengan kapal (kapal kecil)? Apalagi Pak Jokowi punya konsep tol laut," jelasnya.
Diproyeksi harga kapal ini sekitar Rp 500 miliar per unit. Jika dibangingkan dengan dana JSS yang mencapai Rp 200 triliun, harga kapal tidak seberapa.
"Bisa Rp 500 miliar rupiah per unit. Kalau bikin 2 kapal untuk tahap pertama, danaya Rp 1 triliun. Bangun jembatan biayanya Rp 200 triliun," tutur Dahlan.
Selain membeli kapal raksasa, ASDP juga akan mempersiapkan pelabuhan penyeberangan. ASDP akan meningkatkan kapasitas pelabuhan agar mampu menampung lonjakan kendaraan, penumpang, dan menerima kehadiran kapal baru.
Dana untuk membeli kapal baru dan peningkatan kapasitas dermaga berasal dari pembiayaan korporasi. Bisa melalui kas internal atau sindikasi perbankan BUMN.
"Kapalnya besar. ASDP mampu untuk itu karena ASDP sekarang kuat sekali," ujarnya.
(feb/hds)