Mendengar permintaan ini, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto memandang permintaan buruh sangat aneh. Ia menyebut permintaan buruh mirip dengan gaji yang diterima para pekerja profesional seperti penerbang atau pilot.
"Masak ada pakai dolar. Kayak pilot saja," kata Suryo di sela acara Indonesia Economic Forum di Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan bila dasar penetapan UMP merujuk pada kurs dolar maka Suryo khawatir iklim investasi di Indonesia bakal terganggu. Alasannya banyak investor asing masuk ke negara Asia Tenggara, salah satunya ke Indonesia karena alasan upah buruh.
"Di Indonesia UMP beda-beda di Karawang paling tinggi kalau kita terlalu tinggi investasi lari seperti di China. Investor dari China lari ke Vietnam dan Indonesia," jelasnya.
Kadin memberi saran kepada pemerintah agar memperhatikan dunia usaha yang menyerap banyak tenaga kerja.
"Di sini peran pemerintah. Jangan ikuti kata butuh karena tahun politik," ujarnya.
Sebelumnya kalangan buruh beralasan UMP DKI Jakarta tahun 2014 sebesar Rp 2.441.302 dihitung saat nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah masih Rp 10.000/US$. UMP tahun ini bila dengan patokan dolar setara dengan kurs US$ 241 per bulan.
Sementara UMP DKI 2015 sebesar Rp 2,7 juta/bulan dihitung kurs Rp 12.000/US$ atau US$ 225 per bulan. Artinya UMP DKI Jakarta turun US$ 16 per bulan dari US$ 241 di tahun ini.
(feb/hen)