"Biaya transportasi US$ 4/ekor (sekitar Rp 48 ribu) dari Bali ke Hong Kong. Sementara dari Papua Barat ke Bali Rp 76.000/ekor. Ikan kerapu di Bali banyak datang dari Cendrawasih," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P Hutagalung saat ditemui di Gedung Mina Bahari III, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Rabu (14/01/2015).
Saut beralasan, mahalnya distribusi ikan kerapu dari Papua ke Bali karena masih menggunakan kotak. Setiap 1 kotak hanya berisi 1 ikan kerapu hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pakai boks styrofoam lebih mahal 4-5 kali lipat dibandingkan bin. Bin itu teknologi oksigen," imbuhnya.
Memang diakui Saut, untuk membuat bin atau akuarium besar, harus memiliki dana yang cukup besar, yaitu US$ 6.000. Namun dampaknya adalah ongkos distribusi jauh lebih murah.
"Karena teknologi yang digunakan meningkatkan efisiensi dan cost. kalau tetap pakai box styrofoam dia akan tetap bayar mahal," jelas Saut.
(wij/dnl)