Cemasnya Mendag Gobel Menghadapi Pasar Bebas ASEAN

Cemasnya Mendag Gobel Menghadapi Pasar Bebas ASEAN

- detikFinance
Senin, 23 Feb 2015 12:25 WIB
Cemasnya Mendag Gobel Menghadapi Pasar Bebas ASEAN
Jakarta - Jelang penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN di akhir 2015, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel merasa cemas. Ini karena neraca transaksi perdagangan Indonesia dengan hampir negara-negara di ASEAN defisit.

Artinya, Indonesia lebih banyak melakukan impor dari negara ASEAN, ketimbang ekspor. Bila pasar bebas ASEAN berlaku, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi barang-barang asing.

"(Transaksi perdagangan) Indonesia hampir dengan negara ASEAN itu negatif, hanya dengan Filipina kita positif. Bagaimana kita memasuki MEA," kata Gobel dengan nada cemas saat berdialog dengan pelaku usaha dan pakar ekonomi di Auditorium Utama Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Senin (23/02/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gobel mengungkapkan, Indonesia merupakan negara dengan pasar terbesar di ASEAN. Sayangnya, produk yang diinginkan dan dihasilkan di dalam negeri jumlahnya terbatas. Sehingga, mau tidak mau serbuan barang impor dengan merek internasional berhasil merebut pasar Indonesia.

"Kalau kita tidak siap, ini justru dimanfaatkan pedagang, karena kita pasar paling besar di ASEAN. Kita bahkan bisa defisit meningkat 2 kali lipat karena saat MEA nanti tarif sudah 0%. Kita harus jaga pasar yang besar ini," paparnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Pengamat Ekonomi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono. Menurut Tony, Indonesia tidak mampu menahan lonjakan produk impor terutama di sektor migas, elektronik hingga otomotif dari negara-negara ASEAN.

"Malaysia sempat surplus di 2011 sekarang defisit. Vietnam juga defisit, Brunei juga kita defisit. Sedangkan Laos flat, Timor Lester masih suplus, Filipina dan Kamboja masih surplus," tuturnya.

Tidak hanya itu, nilai ekspor Indonesia dari tahun ke tahun juga terus menurun. Di 2011 nilai ekspor Indonesia US$ 204 miliar, lebih besar dibandingkan ekspor 2013 sebesar US$ 183 miliar, dan jauh lebih besar dibandingkan 2014 lalu sebesar US$ 176 miliar.

"Di kawasan ASEAN, tujuan ekspor kita paling besar masih ke Singapura US$ 16 miliar meskipun masih tetap defisit," tukasnya.

Berdasarkan data pemaparan para narasumber yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) per November 2014 saja, Indonesia mencatat defisit perdagangan dengan negara-negara di kawasan ASEAN sebesar US$ 45,8 juta. Sedangkan secara keseluruhan, sejak Januari hingga November 2014, defisit RI-ASEAN mencapai US$ 1,07 miliar.

Mayoritas ekspor Indonesia menuju negara-negara ASEAN menurun. Contohnya pada November 2014, ekspor ke Singapura hanya US$ 717 juta atau turun 11,87% dibandingkan Oktober 2014 US$ 813,7 juta.

Begitu pula dengan negara lainnya seperti Malaysia, ekspor non migas anjlok 14,35% dari US$ 590,7 juta menjadi US$ 506,0 juta. Dengan Thailand, ekspor Indonesia juga melorot 11,84% menjadi US$ 371,9 juta dari posisi US$ 421,8 juta.

(wij/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads