Nelayan-nelayan ini sudah tidak melaut sejak seminggu lalu karena mahalnya harga Solar. Untuk sekali melaut selama 15 hari, mereka membutuhkan BBM minimal 4 ton.
Nelayan di Aceh membeli Solar seharga Rp 8.600/liter dan mereka dibatasi jumlah pembeliannya. Padahal, harga jual Solar di luar Jawa-Bali-Madura semestinya Rp 6.400/liter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilik kapal di atas 30 GT kadang harus membeli solar non subsidi dengan harga di atas Rp 11.000/liter karena kehabisan Solar bersubsidi. Menurut Abu Bakar, harga BBM antara satu daerah dengan daerah lain juga berbeda-beda. Jika harga Solar tidak kunjung turun, mereka akan terus mogok melaut.
Hari ini, lanjut Abu Bakar, perwakilan nelayan sudah menggelar pertemuan dengan Komisi 2 Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk menyampaikan keluhan terkait susahnya mendapat minyak dan harganya mahal. "Tapi DPRA juga tidak sanggup menangani permasalahan ini," ujarnya.
Menurut Abu Bakar, sejumlah nelayan sudah sepakat menjual kapal mereka ke pemerintah kalau harga Solar masih naik. Soalnya, untuk sekali melaut mereka menghabiskan biaya sekitar Rp 60 juta tapi hasil yang didapat sekitar Rp 20 juta.
"Bagaimana hidup kami nelayan ini. Kami sudah tidak sanggup melaut. Kalau pemerintah mau beli kapal ini, kami akan jual. Di sini ada 100 lebih kapal," ungkap Abu Bakar.
(hds/hds)