Tak Sampai Rp 1 Miliar, Nelayan Ngaku Harga Cantrang Cuma Rp 10 Juta

Tak Sampai Rp 1 Miliar, Nelayan Ngaku Harga Cantrang Cuma Rp 10 Juta

- detikFinance
Jumat, 06 Mar 2015 11:35 WIB
Foto:@susipudjiastuti:ilustrasi
Jakarta - Beberapa orang yang mengaku dari nelayan dari Pati dan Rembang, Jawa Tengah mendatangi kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jalan Medan Merdeka Timur No.16, Jakarta Pusat. Kehadiran para nelayan ini juga ditemani oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pati Riyanta.

Tujuan mereka untuk kepada Menteri Kelautan dan Perikana Susi Pudjiastuti untuk tidak melarang nelayan menangkap ikan menggunakan alat tangkap cantrang. Alasannya kebijakan Susi tersebut justru menyusahkan para nelayan.

Mereka menganggap cantrang lebih murah karena hanya Rp 10 juta, padahal sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan alat cantrang cukup mahal hingga Rp 1 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini presentasi dari nelayan Pati dan Rembang," kata Riyanta kepada detikFinance di Kantor KKP, Jakarta Jumat (6/3/2015).

Menurutnya kebijakan larangan penggunaan cantrang tidak berpihak kepada nelayan. Alasan soal alat tangkap cantrang merusak lingkungan juga tidak bisa diterima.

"Kita mau tanya ke Bu Menteri, beralih dari cantrang ekonomisnya bagaimana. Kalau melarang berikan jalan keluarnya. Istilah cantrang merusak lingkungan belum jelas jadi belum ada tafsir yang benar, menurut Bu menteri merusak, tapi menurut nelayan tidak," jelasnya.

Riyanta mengungkapkan, setiap kebijakan pemerintah harusnya memberikan kenyamanan bagi masyarakatnya. Untuk itu, perlu dikaji ulang kebijakan soal larangan penggunaan cantrang ini.

"Sisi kebijakan pemerintah law enforcement memberikan perasaan yang tidak nyaman bagi nelayan, jadi secara sosial harus dipertimbangkan kebijakan ini," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, nelayan dari Desa Bendar, Kecamatan Juana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah bernama Rohadi menyebutkan, penggunaan cantrang untuk menangkap ikan dinilainya lebih ekonomis karena biayanya lebih murah.

Sementara menagkap ikan dengan alat lain seperti Purse Seine harganya jauh lebih mahal sehingga memberatkan nelayan jika harus beralih.

"Cantrang setengah jam jaring naik, dapat ikan. Kalau Purse Seine pakai lampu yang terang dan harus mencari malam hari. Kalau cantrang jam 5 subuh sampai jam 5 sore, kalau Purse Seine malam jam 8 sampai tengah malam. Purse Seine juga harganya mahal Rp 6 miliar sampai Rp 7 miliar, cantrang lebih murah," katanya.

Nelayan lainnya Kadromi yang berasal dari Desa Tasik Agung, Rembang, Jawa Tengah menambahkan, penggunaan cantrang lebih ekonomis, harganya hanya Rp 9 juta hingga Rp 10 juta untuk jaring berukuran 25 meter dan tali (batek) seharga Rp 45 juta untuk ukuran 500 meter. Ini bisa menjaring untuk kedalaman 60-70 meter.

"Kalau pake cantrang merakyat modalnya nggak terlalu besar. Kalau cantrang dilarang sangat mempengaruhi, ribuan orang yang nganggur nantinya. Kalau pakai Purse Seine modal kita lebih banyak lagi. Pastinya rugi besar," tandasnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menegaskan harga alat tangkap cantrang yang banyak dipakai nelayan Jawa Tengah (Jateng) cukup mahal, harganya dari Rp 800 juta/unit hingga Rp 1 miliar, dipakai kapal-kapal besar.

Alat cantrang sempat menjadi isu demo para nelayan Jawa Tengah yang merasa dirugikan akibat larangan alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan.

Susi menegaskan tidak akan memberikan bantuan berupa uang pengganti bagi nelayan dari alat tangkap cantrang menjadi alat tangkap yang lebih ramah lingkungan.

"Harga jaring cantrang Rp 800-1 miliar. Kalau dibantu tidak boleh, saya masuk penjara nanti," tegas Susi saat ditemui di ruang kerjanya di gedung Mina Bahari I, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Kamis (5/03/2015).

(drk/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads