Sejumlah jurnalis bersama rombongan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian berkesempatan menyambangi Kebun Gambung pada Selasa (24/3/2015).
"Pusat penelitan teh di tempat ini terbesar di Asia Tenggara," ujar Karyudi selaku Direktur PPTK Gambung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau penelitian kina, kami sekarang satu-satunya lembaga penelitian di dunia. Kalau yang lain sudah bertumbangan. Maka itu, kina harus kita lestarikan," tutur Karyudi yang merupakan lulusan S3 University of Queensland Australia (Bidang keahlian Agricultural Science) dan jebolan S1 Institut Pertanian Bogor (Bidang Keahlian Agronomi).
Kebun Gambung memiliki lahan seluas sekitar 600 hektar, yang mayoritas perkebunan teh seri Gambung dan sisanya hutan alami. Gambung termasuk daerah penghasil klon teh assamika dan sinensis seri Gambung.
Selama ini daun teh terbaik khas Gambung diolah menjadi teh hijau, hitam, dan putih, yang disajikan dengan ragam produk bermutu. "Hasil produk teh Gambung terdiri beberapa varian rasa dan kemasan. Antara lain kemasan kaleng, pack dan celup," kata Karyudi.
Kabid Penelitian PPTK Gambung, Rohayati Suprihatini, mengatakan sarana berupa tiga pabrik teh di tempat ini sanggup menghasilkan pucuk teh yang jumlahnya variatif. Untuk pabrik teh hitam kapasitasnya 18 ton pucuk teh segar per hari, pabrik teh hijau 5 ton pucuk teh segar perh ari, dan pabrik teh putih 12,5 ton pucuk per tahun.
"Sekarang di tempat penelitian ini bergabung 27 peneliti dan 669 pekerja," kata Rohyati.
Kebon Gambung bisa ditempuh menggunakan kendaraan selama 1,5 jam atau berjarak 30 kilometer dari Kota Bandung (via Gerbang Tol Kopo atau Terminal Leuwipanjang), melintasi kawasan Soreang dan Ciwidey. Tiba di area Gambung udara sejuk menyergap. Mata dimanjakan dengan pemandangan nan asri di dataran tinggi.
Fungsi tempat ini tak hanya untuk kepentingan riset saja. Perkebunan Gambung terbuka bagi masyarakat umum untuk kegiatan agrowisata. Pengelola melengkapi sarana seperti laboratorium, perpustakaan, dan kebun percobaan.
"Gambung ini sebagai wisata edukasi. Kita bisa melihat langsung cara memetik teh dan proses pengolahan teh," ujar Karyudi.
(bbn/dnl)