Menurut importir, tingginya harga rata-rata daging sapi saat ini juga dipicu karena tingginya harga daging sapi di Australia sebagai pemasok sapi.
Ketua Asosiasi Importir Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring mengungkapkan harga daging sapi khususnya daging sapi beku di Australia saat ini sudah mencapai US$ 6 atau setara dengan Rp 78.000/kg. Artinya bila sampai di Indonesia akan jauh lebih mahal.
"Harganya sudah US$ 6 tinggal dikalikan Rp 13.000/US$," katanya kepada detikFinance, Kamis (11/6/2015).
Bila dijual di Indonesia, maka menurut Thomas selisih harga daging di Australia tinggal ditambah 10%. Alokasi 10% digunakan untuk membayar bea masuk sebesar 5%, PPh 2,5% dan sisanya adalah ongkos angkut per Kg.
"Plus 10% itulah modal dari importir," tambahnya.
Kemudian bila daging sapi tersebut dijual di pasar tertentu tinggal ditambah ongkos angkut dari gudang importir. Maka menurut Thomas tingginya harga daging sapi saat ini dinilai wajar apalagi ditambah dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Jadi tinggal dihitung berapa keuntungannya. Hitung rantai distribusi dari pedagang sampai ke konsumen. Sekarang permintaan meningkat betul. Tetapi waktu Lebaran permintaan naik berapa kali," jelasnya.
Selama ini, pemerintah punya patokan harga normal untuk daging sapi, pada 2013 patokan harga normal daging sapi maksimal Rp 76.000/Kg, setahun kemudian direvisi menjadi maksimal Rp 85.000/Kg di tingkat pedagang.
(wij/hen)











































