Nilai Jual Tinggi, Ini Ikan yang Dikembangkan Kementerian Pimpinan Susi

Nilai Jual Tinggi, Ini Ikan yang Dikembangkan Kementerian Pimpinan Susi

Wahyu Daniel - detikFinance
Senin, 13 Jul 2015 09:53 WIB
Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus mengembangkan komoditas perikanan budidaya unggulan bernilai ekonomi. Beberapa jenis ikan yang berhasil dibudidaya dan memiliki nilai jual tinggi adalah bawal bintang, kakap, teripang, kerapu, dan juga ikan hias seperti clown fish, blue devil, dan banggai cardinal.

Hal ini disampaikan‎ Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto kepada detikFinance, Senin (13/7/2015).

Slamet mengatakan, pengembangan komoditas perikanan budidaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi akan meningkatkan daya saing komoditas perikanan budidaya, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan pembudidaya, karena harga jualnya yang mahal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai contoh adalah komoditas kerapu. Dalam kurun waktu 2010-2014, produksinya meningkat 19% dengan peningkatan produksi mencapai 9,6% per tahun. Ini akan terus kita dorong, karena kita masih punya peluang dengan potensi lahan yang mencapai 4,58 juta hektar," kata Slamet.

Untuk mengembangkan potensi komoditas yang ada, menurut Slamet, diversifikasi komoditas juga dilakukan.

"Komoditas bawal bintang dan kakap, mulai tahun ini sudah termasuk komoditas utama produksi perikanan budidaya," tambahnya.

Untuk Bawal Bintang, target produksinya 1.900 ton pada 2015, dengan target pertumbuhan produksi mencapai 31,5% sampai dengan 2019. Sedangkan untuk kakap, target produksi 2015 lebih besar yaitu 312.500 ton dengan pertumbuhan produksi hingga 2019 mencapai 17,31%.

Hal yang sama juga ditargetkan pada jenis ikan hias seperti Clown Fish, Blue Devil, dan Banggai Cardinal. Slamet menuturkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) DJPB, salah satunya BBPBL Lampung, telah menguasai teknologi budidaya ikan hias tersebut. Mulai dari pembenihan sampai dengan pembesaran.

"Sehingga kita tidak lagi tergantung dari penangkapan dari alam, sehingga kontinuitas produknya bisa diandalkan dan pasar ikan hias juga masih terbuka lebar. Secara keseluruhan, target produksi ikan hias tahun 2015 mencapai 1,7 miliar ekor”, tambah Slamet.

BBPBL Lampung, juga sedang mengembangkan budidaya udang Vaname di Karamba Jaring Apung (KJA), sebagai alternatif usaha budidaya ikan di laut dan menjadi sumber penghasilan pembudidaya. Saat ini budidaya udang vaname di KJA cukup menjanjikan hasilnya.

Perhitungannya, dengan penebaran benih tokolan umur 3 minggu, sebanyak 2.500 ekor di KJA ukuran 3 x 3 m2, setelah 3 bulan didapatkan hasil 25 kg udang vaname size 60. Dengan harga jual udang vaname saat ini yaitu sekitar Rp 54.000 per kg, pembudidaya sangat dianjurkan untuk menyiapkan 12 lobang KJA, sehingga penghasilannya mencapai Rp. 2,5 juta per bulan.

"Potensi pengembangan budidaya udang Vaname di KJA ini sangat besar. Cukup hemat energi karena tidak perlu kincir atau pompa, udang lebih tahan terhadap penyakit, sehingga kelulusan hidupannya bisa mencapai 60-80 %. Ini akan berpeluang menjadi bagian dari pembangunan poros maritim, yang sedang digalakkan," tutup Slamet.

(dnl/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads