"Indonesia itu negara besar yang konsumsinya besar. Kita penuhi itu saja dengan produksi sapi yang banyak dari dalam negeri. Kadang-kadang saya itu suka heran, kebutuhannya besar tapi bukan industrinya diperbesar malah selalu impor, Indonesia lucu," ungkap Budi di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (13/8/2015).
Ia memberi apresiasi kepada pemerintah saat ini yang berani memangkas kuota impor sapi bakalan dari triwulan II-2015 sebesar 200.000 ekor menjadi hanya 50.000 ekor pada triwulan III-2015. Pemangkasan ini bertujuan lebih banyak sapi lokal yang terserap ke pasar dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langkah positif ini harus didukung jangan malah direcoki jadi menimbulkan sentimen negatif sehingga banyak orang tidak percaya dengan kinerja pemerintah. Kita harus buat suasana jadi positif, sehingga ekonomi kita bisa beneran bangkit," tuturnya.
"Kalau semua negatif terus pikirnnya, apapun yang dilakukan pemerintah akan jadi negatif saja rasanya," katanya.
Menurutnya, langkah ini bisa diterapkan juga untuk jenis produk yang lain. Tingginya konsumsi dalam negeri, asal diimbangi tingginya produksi dalam negeri akan membuat perekonomian Indonesia lebih mandiri sehingga lebih kuat dalam menghadapi gejolak di luar negeri.
"Yang kita bisa bikin sendiri nggak perlu lah impor. Masak sapi saja impor," pungkasnya.
Indonesia membutuhkan sekitar 3,65 juta ekor sapi hidup. Tahun lalu saja ada 750.000 ekor sapi bakalan yang diimpor, ini belum termasuk impor sapi indukan, sapi potong, daging beku. Kini pemerintah mencoba membatasi impor sapi demi tercapai swasembada pangan.
(dna/hen)