Saat serah terima jabatan Menko Maritim kemarin, Rizal meminta rencana pengadaan pesawat berbadan lebar dibatalkan. Menurut Rizal, permintaan ini telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Rizal menilai pesawat A350 XWB hanya cocok untuk penerbangan internasional jarak jauh. Namun, menurutnya, rata-rata tingkat isian (load factor) penumpang pada penerbangan internasional jarak jauh Garuda hanya 30% atau tidak pernah penuh. Akibatnya rute internasional Garuda tidak menguntungkan secara bisnis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa minggu lalu saya ketemu presiden, saya sampaikan kalau saya nggak mau Garuda bangkrut lagi, jenis Airbus 350, itu hanya cocok untuk penerbangan ke Amerika-Eropa-Jakarta," kata Rizal Ramli kemarin.
Pernyataan Rizal ini jadi perbincangan hangat, termasuk di media sosial. Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dimintai tanggapannya terkait permintaan Rizal Ramli.
Rini menyatakan, keputusan pengadaan pesawat baru oleh Garuda murni sebagai aksi korporasi. Apalagi, Garuda harus melakukan ekspansi rute penerbangan internasional dan domestik.
Sementara itu, Jonan tidak akan masuk mencampuri proses pengadaan pesawat maskapai di tanah air, termasuk Garuda Indonesia. Kemenhub hanya fokus menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan.
"Saya kira domainnya di Menteri BUMN. Ini kan bisnis, kalau perhubungan kan kami sebagai regulator," kata Jonan.
Saat perjanjian pengadaan pesawat pada Juni 2015 lalu di Prancis, Garuda menyatakan komitmen untuk mengadakan 30 pesawat A350 XWB. Garuda juga berencana membeli 30 unit pesawat berbadan lebar jenis Boeing 787 Dreamliners. Sampai 2025, Garuda akan mendatangkan 53 pesawat wide body dan 80 pesawat narrow body.
Pesawat tersebut akan digunakan untuk program ekspansi dan peremajaan armada. Total dana yang dibutuhkan untuk membeli 133 pesawat sebesar US$ 9 miliar (Rp 117 triliun).
Untuk pengadaan armada baru ini, Garuda menggunakan skema sewa atau operating lease. Garuda telah memperoleh dukungan pendanaan untuk pengadaan pesawat baru. Salah satunya datang dari Bank of China (BOC) Aviation. BOC Aviation bersedia memberikan fasilitas pinjaman US$ 4,5 miliar (Rp 58,5 triliun).
(feb/hen)